Soloraya
Rabu, 15 Desember 2021 - 15:50 WIB

Awul-Awul Solo Makin Gaul, Kini Bahkan Diburu Cah Milenial

Chelin Indra Sushmita  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pakaian bekas impor yang dijual di pameran Safe Festival di Sport Hall Terminal Tirtonadi Solo, Selasa (14/12/2021). (Solopos/Chelin Indra Sushmita)

Solopos.com, SOLO — Penjualan baju bekas impor dari Korea, Jepang, serta Thailand atau yang dikenal dengan sebutan awul-awul di Kota Solo, makin gaul. Dalam tiga tahun terakhir, barang bekas impor atau biasa disebut thrift bahkan banyak diburu kalangan milenial.

Popularitas awul-awul impor itu semakin meningkat selama setahun belakangan. Hal itu dibuktikan dengan ramainya pameran thrift yang digelar di Kota Solo, termasuk Safe Festival di area Sport Hall Terminal Tirtonadi mulai Selasa (14/12/2021). Pameran awul-awul impor yang digelar di Sport Hall tersebut menjadi salah satu sarana promosi aset baru Terminal Tirtonadi Solo.

Advertisement

“Kami mendukung segala bentuk kegiatan yang fokusnya mendorong perekonomian masyarakat di wilayah Kota Solo, termasuk pameran thrift,” kata Joko Sutriyanto selaku Koordinator Terminal Tirtonadi Solo saat berbincang dengan Solopos.com, Rabu (15/12/2021) siang, di kantornya.

Pameran yang digelar sampai Jumat (17/12/2021) itu dimeriahkan sekitar 80 tenant yang semuanya menjual pakaian thrift maupun preloved (bekas koleksi pribadi). Shella, 25, salah satu pedagang pakaian bekas impor atau awul-awul Solo itu sangat antusias mengikuti pameran.

Advertisement

Pameran yang digelar sampai Jumat (17/12/2021) itu dimeriahkan sekitar 80 tenant yang semuanya menjual pakaian thrift maupun preloved (bekas koleksi pribadi). Shella, 25, salah satu pedagang pakaian bekas impor atau awul-awul Solo itu sangat antusias mengikuti pameran.

Baca Juga: Komposisi Tiga Gamelan dan Musik Metal Siap Guncang Rock in Solo

Sebagai pemain baru, ia melihat pangsa pasar thrifting di Kota Solo menunjukkan perkembangan yang bagus. “Ini kali keenam saya ikut pameran. Biasanya jualan di Pasar Klithikan. Saya baru terjun di dunia thrifting ini setahun belakangan. Sebelumnya ibu saya yang sudah lama main begini,” jelasnya, Selasa sore.

Advertisement

Peter Muda menilai pasar thrifting saat ini menunjukkan perkembangan yang begitu pesat. Bahkan saat ini kebanyakan pemain di dalamnya justru kalangan muda kelahiran 1999 ke atas.

“Saya lihat thrift ini sedang naik banget selama beberapa tahun terakhir di Solo. Melihat eranya begini, saya niatnya memberikan wadah buat teman-teman yang mungkin selama dua tahun ini sepi akibat pandemi,” tuturnya.

Baca Juga: Bagaimana Ini Mas Gibran? Potensi Pendapatan Solo Rp500 Juta Raib

Advertisement

Modal Besar

Muda menambahkan pakaian bekas impor menjadi komoditas yang menjanjikan. Bahkan ia mengaku salut dengan anak-anak muda yang mau mengeluarkan modal besar untuk mencari cuan dari barang bekas.

“Saya juga jualan thrift, tapi modalnya dulu dengan sekarang beda. Kalau dulu modal Rp10 juta bisa dapat banyak, sekarang modal sampai ratusan juta mereka berani,” sambung muda.

Bagi Shella yang baru memulai usaha berjualan awul-awul impor di Solo, mengeluarkan modal besar adalah keharusan. Ia melihat peluang besar dari komoditas tersebut.

Advertisement

“Modalnya besar memang, tapi untungnya lumayan juga. Kalau yang masih ada mereknya dan kondisinya bagus bisa laku mahal. Hampir enggak ada risikonya. Paling kesulitannya jual barang kaki [kualitas buruk karena cacat], akhirnya diobral murah,” sambung Shella.

Baca Juga: Sengketa Masih Berlangsung, Bagaimana Nasib Proyek Masjid Sriwedari?

Berbeda dengan Shella yang sudah mengerti dan terbiasa memilah barang awul-awul impor yang berkualitas, Dwi Manunggal, 38, baru belajar. Kondisi pandemi Covid-19 memaksanya banting setir menjajal peruntungan dengan berjualan pakaian bekas impor.

Jika Shella kulakan secara mandiri, Dwi Manunggal, hanya bertugas membantu menjualkan dagangan milik temannya. Baginya penjualan barang thrift sangat minim risiko jika dibandingkan dengan usaha makanan yang pernah digelutinya.

“Saya baru sekitar empat bulan berjualan barang seperti ini. Ini pun membantu menjualkan milik teman. Jauh lebih minim risikonya, kalau hari ini enggak laku bisa dijual besok,” tutur dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif