SOLOPOS.COM - Pengrajin genting Desa Kayuapak, Kecamatan Polanharjo, Sukoharjo, menjemur genting di depan rumahnya, Senin (9/9/2013). Para pengrajin kini harus memutar otak lantaran kesulitan bahan baku yang membuat kualitas genting semakin menurun. (Dian Dewi Purnamasari/JIBI/Solopos)

 Pengrajin genting Desa Kayuapak, Kecamatan Polanharjo, Sukoharjo,  menjemur genting di depan rumahnya, Senin (9/9/2013). Para pengrajin kini harus memutar otak lantaran kesulitan bahan baku yang membuat kualitas genting semakin menurun. (Dian Dewi Purnamasari/JIBI/Solopos)


Pengrajin genting Desa Kayuapak, Kecamatan Polanharjo, Sukoharjo, menjemur genting di depan rumahnya, Senin (9/9/2013). Para pengrajin kini harus memutar otak lantaran kesulitan bahan baku yang membuat kualitas genting semakin menurun. (Dian Dewi Purnamasari/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SUKOHARJO : Pengrajin genting di Desa Kayuapak, Kecamatan Polokarto, Sukoharjo,  mulai memutar otak untuk menghadapi kendala kesulitan bahan baku berupa tanah liat. Akibat sulitnya bahan baku ini, kualitas genting yang dihasilkan pun menurun.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Salah satu pengrajin genting, Warsito, mengatakan banyak pengrajin genting di Desa Kayuapak mulai gulung tikar. Pasalnya, mereka kesulitan mencari bahan baku tanah liat yang berkualitas. Tanah liat yang ada saat ini, lanjutnya, sering dicampur dengan tanah biasa. Akibatnya, kualitas yang dihasilkan pun tidak maksimal.

“Sekarang memang cukup sulit mencari tanah liat berkualitas. Karena diambil setiap hari, lama-lama tanah liat yang ada semakin berkurang dan habis,” ujarnya saat ditemui Solopos.com, Senin (9/9/2013).

Pria yang sehari-hari menjabat sebagai Kepala Dusun (Kadus) Kayuapak ini mengatakan saat ini harga rata-rata tanah liat senilai Rp85.000-Rp100.000 per angkel [truk sedang]. Ia mengambil bahan baku tanah liat dari pemasok yang tersebar di beberapa daerah. Pemasok tanah liat ini biasanya mengambil tanah dari sawah.

“Beberapa pembeli mengeluhkan genting mudah bocor atau merembes pada saat hujan. Kemungkinan karena tanah dicampur dengan tanah merah atau campuran tanah cadas.”

Warsito sendiri memproduksi genting dalam tiga jenis. Genting tersebut dijual sesuai dengan kualitasnya masing-masing. Genting Mantili, misalnya, dijual dengan harga Rp1.500/biji. Sementara genting Garuda dijual dengan harga Rp1.300/biji.

Pengrajin lain, Maryanto, juga mengungkapkan hal senada. Ia yang telah menggeluti usaha pembuatan genting selama 10 tahun terakhir itu  mengakui kualitas tanah untuk membuat genting saat ini memang berkurang. “Ya memang berbeda kualitasnya dibanding dulu, lebih bagus yang dulu,” ujarnya.

Dalam sebulan, Maryanto bisa memproduksi sekitar 8.000 genting. Ia menjual genting kepada pembeli senilai Rp1.000-Rp1.250/biji. Genting itu biasanya diambil pembeli dari Karanganyar dan sekitarnya.

Sementara Kepala Desa Kayuapak, Soetarno, mengatakan selama 10 tahun terakhir pengrajin genting di desanya semakin menurun. Hal ini salah satunya lantaran kesulitan bahan baku. Menurutnya, saat ini pengrajin genting yang tersisa sekitar 10 orang dari 25 pengrajin yang ada beberapa waktu lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya