Soloraya
Sabtu, 1 Maret 2014 - 23:30 WIB

Bak Air Limbah Sering Meluap, Biogas Tanggan Sragen Tak Maksimal

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi biogas (JIBI/Harian Jogja/ Kusnul Isti Qomah)

Solopos.com, SRAGEN – Badan Lingkungan Hidup (BLH) Sragen segera merehab tempat penampungan air lindi atau air rembesan sampah untuk menghasilkan biogas di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Tanggan, Gesi, Sragen.

Kabid Amdal BLH Sragen, Lukas Gunawan, menjelaskan pemanfaatan biogas di TPA selama ini tak bisa maksimal lantaran pasokan air lindi yang disalurkan ke rumah tangga penerima manfaat biogas masih kurang. Hal ini lantaran terjadi sedimentasi pada bak penampungan air lindi.

Advertisement

“Untuk peralatan pendukung biogas itu tersalur ke rumah tangga masih bagus. Masalah di sana karena pasokan air lindi yang kurang disebabkan ada sedimentasi pada bak penampungan,” jelas dia saat dihubungi Solopos, Sabtu (1/3/2014).

Disampaikannya, rehab bakal dilakukan dengan memperdalam bak penampungan. Pasalnya, ketinggian bak penampungan air lindi saat ini sekitar 1,5 meter. Kondisi tersebut sering membuat air lindi yang ditampung pada bak meluap. “Sebelumnya ketinggian bak sekitar dua meter. Saat ini tinggal 1,5 meter. Kalau idealnya ketinggian ya sekitar tiga meter,” tambahnya.

Tak hanya memperdalam bak penampungan, Lukas menjelaskan rehab juga dilakukan dengan memperlebar bak. “Sebelumnya sekitar 50 meter. Nanti kami rehab lebarnya menjadi 100 meter,” ungkapnya.

Advertisement

Pihaknya meyakini rehab bak penampungan tersebut bakal menyelesaikan persoalan pemanfaatan biogas di wilayah sekitar TPA. “Dengan rehab itu setidaknya bisa memasok biogas ke rumah tangga yang menerima manfaat. Soal anggarannya, itu berasal dari pusat,” urai dia.

Lebih lanjut, Lukas menuturkan meski kapasitas penampungan bak ditingkatkan, pihaknya tak berniat memperlebar cakupan penerima manfaat biogas TPA Tanggan. Biogas di TPA Tanggan saat ini digunakan sekitar 12 keluarga yang  tinggal di Dukuh Jatisari, Desa Tanggan.

Sebelumnya, pemanfaatan biogas yang diluncurkan pada Oktober 2013 tersebut dikeluhkan. Pasalnya, nyala api kompor biogas hanya mampu bertahan selama 20 menit. Lantaran tak termanfaatkan secara maksimal, warga memilih menggunakan gas elpiji dan membiarkan kompor biogas mangkrak.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif