SOLOPOS.COM - Ratusan sapi memenuhi sepanjang jalan Dukuh Mlambong, Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Boyolali, Kamis (15/8) dalam tradisi Bakda Kupat atau dikenal juga dengan tradisi Bakda Sapi. (Septhia Ryanthie/JIBI/Solopos

 Ratusan sapi memenuhi sepanjang jalan Dukuh Mlambong, Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Boyolali, Kamis (15/8) dalam tradisi Bakda Kupat atau dikenal juga dengan tradisi Bakda Sapi. (Septhia Ryanthie/JIBI/Solopos


Ratusan sapi memenuhi jalan Dukuh Mlambong, Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Boyolali, Kamis (15/8) dalam tradisi Bakda Kupat atau dikenal juga dengan tradisi Bakda Sapi. (Septhia Ryanthie/JIBI/Solopos

Ratusan sapi terlihat memenuhi sepanjang jalan Dukuh Mlambong, Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali, Kamis (15/8/2013) pagi. Uniknya, di leher hewan-hewan ternak jenis sapi perah itu tergantung ketupat.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Setelah diberi makan ketupat, oleh para pemiliknya, sapi-sapi itu kemudian digembalakan keliling kampung dalam tradisi perayaan Syawalan yang disebut Bakda Kupat [Lebaran Ketupat], atau dikenal juga dengan tradisi Bakda Sapi yang biasanya diadakan tujuh hari setelah Hari Raya Idul Fitri.

Suasana pun semakin semarak. Sebab selain para peternak sapi, peternak kambing pun ikut serta menggembalakan hewan-hewan mereka di jalan kampong tersebut. Hal itu dilakukan setelah warga menggelar kenduri di lingkungan RT masing-masing. Kenduri itu juga menggunakan ketupat, sayur dan berbagai lauknya.

Setiap tahunnya, tradisi tersebut selalu menarik perhatian baik bagi masyarakat setempat, maupun warga dari sekitar dukuh. Menurut tokoh masyarakat setempat, Hadi Sutarno, tradisi tersebut merupakan salah satu budaya nenek moyang yang terus dilestarikan masyarakat setempat hingga sekarang.

“Ya, ini untuk nguri-uri [melestarikan] kebudayaan nenek moyang,” ujar Hadi ketika ditemui wartawan di sela-sela acara, Kamis.

Di samping melestarikan budaya nenek moyang, Hadi menjelaskan tradisi itu juga sebagai simbol rasa syukur warga kepada Tuhan Yang Maha Esa (YME) yang telah memberikan rezeki melalui hewan-hewan ternak tersebut.

“Karena Tuhan YME telah memberikan rezeki melalui hewan-hewan ternak yang dimiliki mayoritas warga di sini, hasilnya bisa menghidupi kebutuhan sehari-hari warga,” katanya.

Seorang warga setempat, Suharman, mengatakan tradisi itu sudah berlangsung turun-temurun. Para pemuda dukuh, bahkan juga ikut melestarikannya agar tidak punah. “Kami berharap tradisi ini tetap bisa dilestarikan sampai nanti,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya