SOLOPOS.COM - Ilustrasi Bandit. (Istimewa/depositphotos.com)

Solopos.com, KLATEN — Istilah bandit mungkin sudah tidak asing di telinga masyarakat. Bandit sering diartikan sebagai perampok hingga seseorang yang membunuh dengan kejam.

Ternyata terdapat dua jenis bandit, yaitu bandit biasa dan bandit sosial. Perbedaan di antara keduanya terletak pada latar belakang kejahatannya.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Bandit biasa cenderung tidak mempunyai latar belakang apapun dalam melakukan kejahatannya. Sedangkan bandit sosial memiliki latar belakang kepentingan sosial-politik dalam melakukan kejahatannya.

Di Kabupaten Klaten pernah memiliki kasus bandit, khususnya pada tahun 1870 hingga 1900.

Dilansir dari skripsi berjudul Perbanditan Sosial di Klaten Tahun 1870-1900 oleh Ari Kurnia pada 2012, Selasa (9/8/2022), perbanditan di perdesaan merupakan bentuk protes sosial dari petani terhadap kebijakan pemerintah kolonial Belanda.

Baca Juga: Ada Replika Gading Gajah Purba-Perahu Pinisi di Pameran Keliling Klaten

Para petani yang melakukan perbanditan menggunakan hasil rampokannya untuk dibagikan kepada masyarakat miskin. Masyarakat menganggap bandit tersebut sebagai pahlawan karena masih merupakan bagian dari masyarakat petani walaupun telah melanggar hukum.

Perbanditan di Klaten muncul dikarenakan beberapa sebab. Namun penyebab utamanya adalah desakan ekonomi. Penyebab lainnya adanya kebijakan sistem tanam paksa dan politik kolonial liberal oleh Pemerintah Kolonial Belanda, perluasan perkebunan ke perdesaan, dan ketimpangan sosial ekonomi antara buruh atau petani dengan priayi maupun pejabat pemerintah Kolonial.

Undang-Undang Agraria yang dikeluarkan Pemerintah Kolonial memberikan kebebasan kepada perusahaan swasta dalam menanamkan modalnya. Hal tersebut juga berdampak ke berkembangnya perusahaan perkebunan yang menuntut perluasan areal perkebunan.

Perluasan tersebut menyebabkan pengaruh barat ke pedesaan menjadi intensif. Adanya sistem penyewaan tanah juga semakin mempersulit masyarakat terutama di bidang ekonomi. Sistem tersebut juga menyebabkan petani dipaksa untuk bekerja pada perusahaan perkebunan.

Baca Juga: Kisah Syekh Nawawi Al-Bantani, Ulama Indonesia yang Mendunia di Abad-19

Bandit dianggap mempunyai derajat tertentu di mata masyarakat karena tingkat pengetahuan yang hanya dikuasai oleh orang-orang tertentu. Pemimpin bandit mempunyai ilmu kebal serta memahami primbon yang memuat petungan dan naga dina.

Petungan dan naga dina digunakan menghitung waktu yang tepat saat menjalankan perbanditan. Anggota bandit direkrut berdasarkan loyalitasnya terhadap pemimpin. Bandit berasal dari para petani yang mengalami tekanan berat akibat kebijakan pemerintah kolonial.

Sebelum melaksanakan aksinya, bandit akan mengirimkan surat kepada calon korbannya. Namun korban sebenarnya adalah warga lain yang tidak menerima surat apapun.

Komunikasi antaranggota bandit dilakukan secara rahasia dan sulit dilacak oleh kepolisian. Anggota bandit mempunyai loyalitas tinggi sehingga mereka tidak akan memberikan informasi yang dapat membahayakan kelompoknya.

Baca Juga: Misteri Pabrik Gula Gondang Klaten

Salah satu kasus perbanditan yang pernah terjadi di Klaten, yaitu pada 9 Januari 1875 di Desa Onggopatran, Klaten. Pada saat itu terjadi perampokan yang berhasil membawa 1117,50 gulden.

Korban perampokan bernama Kamidin dan Pak Tumpuk yang sedang tidur di rumahnya. Setelah diusut, ternyata bandit tersebut berasal dari Yogyakarta. Perampokan ini dibantu oleh seorang penduduk desa yang berperan sebagai penunjuk jalan.

Banyak kasus-kasus perbanditan lain di Klaten, dari tahun 1885-1900 terdapat 23 kasus. Dengan jumlah tersebut, Klaten menjadi daerah di wilayah Surakarta yang memiliki kasus perbanditan terbanyak.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya