Soloraya
Rabu, 26 Januari 2022 - 05:35 WIB

Bangunan Lawas, Jembatan Sungai Wonggo Jurangjero Klaten Tetap Kukuh

Taufiq Sidik Prakoso  /  Haryono Wahyudiyanto  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sukarelawan membersihkan tumpukan sampah di dasar jembatan Sungai Wonggo, Desa Jurangjero, Kecamatan Karanganom, Klaten, Selasa (25/1/2022). (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATENJembatan di atas Sungai Wonggo, Desa Jurangjero, Kecamatan Karanganom, Klaten, sudah berumur puluhan tahun. Jembatan itu menjadi salah satu akses utama penghubung antara Kecamatan Karanganom dengan Polanharjo.

Jembatan berada di wilayah perbatasan antara Desa Jurangjero dengan Desa Karangan, Kecamatan Karanganom dan berdekatan dengan pasar tradisional. Tak hanya menjadi akses penghubung antarkecamatan, jembatan itu menjadi salah satu akses utama menuju ke objek wisata air di Klaten seperti Umbul Ponggok, Umbul Besuki, Objek Mata Air Cokro (OMAC), dan lain-lain.

Advertisement

Meski sudah berumur puluhan tahun, jembatan itu hingga kini masih kukuh berdiri dilintasi berbagai kendaraan yang saban hari hilir-mudik. Selain itu, jembatan tersebut masih kukuh menahan tumpukan sampah yang didominasi rumpun bambu serta potongan kayu.

Baca Juga: Jembatan Girpasang Dibangun Pusat, Sri Mulyani: Klaten Mampu, tapi…

Advertisement

Baca Juga: Jembatan Girpasang Dibangun Pusat, Sri Mulyani: Klaten Mampu, tapi…

Kepala Desa (Kades) Jurangjero, Ali Murtono, mengatakan jembatan itu merupakan bangunan lama dan konstruksinya masih bertahan hingga kini. “Diperkirakan sudah ada sejak 1952. Sampai sekarang belum pernah diganti dan bangunannya masih asli,” kata Ali saat ditemui di Desa Jurangjero, Selasa (25/1/2022).

Jembatan itu menjulang setinggi 25 meter dari dasar sungai. Tak jauh dari jembatan tersebut terdapat jurang yang sangat dalam dan disebut-sebut menjadi asal-usul pemberian nama Desa Jurangjero yang artinya jurang yang sangat dalam.

Advertisement

Baca Juga: Ternyata Ada Jembatan Amien Rais di Klaten, Ini Lokasinya

“Pada masa itu konstruksi ini yang paling bagus sebelum ada konstruksi besi. Bentuk lubang air seperti Plengkung Gading di Solo peninggalan PB X itu kan tidak ada besi, hanya batu bata dirangkai saling bertautan tetapi bisa menahan beban. Sampai sekarang untuk bagian dam dan jembatan ini belum pernah diganti. Kalau kerusakan kecil pernah misalkan pleret bolong sedikit langsung ditambal. Tetapi kalau konstruksi utamanya hanya gripis-gripis. Jadi cokotan antarbatunya sangat kuat,” jelas Ali.

Guna menjaga kekukuhan bangunan jembatan serta antisipasi kerawanan bencana, selama dua hari yakni Senin-Selasa (24-25/1/2022), puluhan sukarelawan dari berbagai unsur kerja bakti membersihkan tumpukan sampah berupa rumpun di sepanjang alur Sungai Wonggo di bawah jembatan tua tersebut. Pembersihan hanya bisa dilakukan secara manual yang melibatkan sekitar 90 sukarelawan.

Advertisement

Hanya, kerja bakti selama dua hari itu belum bisa menyingkirkan seluruh sampah yang menyumbat aliran air.

Baca Juga: Jembatan Kereta Zaman Belanda di Klaten Kini Jadi Penghubung 2 Desa

Salah satu warga Dukuh Sabrang, Desa Karangan, Sunaryo, 66, membenarkan jembatan itu sudah ada sejak puluhan tahun lalu dan hingga kini masih kukuh untuk dilintasi. “Di bawah jembatan itu ada dua terowongan yang menjadi saluran air. Sebelum saya lahir, jembatan tersebut sudah ada. Padahal saya kelahiran 1954,” jelas dia.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif