SOLOPOS.COM - Warga terdampak banjir di Kelurahan Giritirto, Kecamatan/Kabupaten Wonogiri, membersihkan rumah mereka setelah banjir surut, Rabu (8/3/2023). (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Banjir akibat luapan Sungai Bengawan Solo di Kelurahan Giritirto dan Kelurahan Giripurwo, Kecamatan/Kabupaten Wonogiri, akhirnya surut setelah 21 hari menggenangi puluhan rumah warga.

Pantauan Solopos.com, Rabu (8/3/2023), banjir sudah surut. Sejumlah warga terdampak banjir langsung sibuk membersihkan rumah yang penuh lumpur. Barang-barang perabot rumah tangga seperti almari, kursi, hingga peralatan elektronik rusak.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Beberapa warga sekitar juga membantu membersihkan rumah-rumah warga yang terdampak banjir. Mereka menyapu, mengepel, dan membersihkan selokan-selokan yang tersumbat sampah.

Warga terdampak banjir di Lingkungan Sukorejo, Giritirto, Wonogiri, Partini Purnomo, mengungkapkan rasa syukur karena banjir akhirnya bisa surut setelah menggenangi rumahnya selama 21 hari. Sedikitnya empat lemari kayu bagian bawah di rumahnya rusak karena terlalu lama terendam air.

Bagian belakang rumah yang terdapat perabotan rumah juga terlihat porak-poranda. “Alhamdulillah sudah surut. Tapi barang-barangnya rusak. Disyukuri saja. Yang penting sehat,” kata Partini kepada Solopos.com di sela-sela ia membersihkan lumpur di lantai rumahnya.

Selama banjir tiga pekan itu, keluarga Partini tinggal serumah dengan warga terdampak lain di salah satu rumah berlantai dua. Mereka berbagi tempat dengan empat keluarga lain yang rumahnya berdekatan.

Menurut Partini, banjir kali ini merupakan banjir terlama yang pernah ia alami di Wonogiri. Rumah Partini sudah berdiri puluhan tahun di Lingkungan Sukorejo, tetapi baru dua kali ini terendam banjir, yaitu pada November 2022 dan pertengahan Februari 2023-awal Maret 2023.

Meski sadar tempat tinggalnya mulai menjadi langganan banjir, dia belum berencana untuk pindah rumah. Di samping alasan ekonomi, Partini juga mengaku sudah nyaman tinggal di sana.

BPBD Lakukan Asesmen

“Ya berharapnya, semoga enggak ada banjir lagi. Ini yang terakhir. Ini warga kakinya gatal-gatal, saya juga,” ujar dia. Warga terdampak banjir lain, Kati, mengatakan dua televisi dan satu handphone miliknya rusak.

Di dalam rumahnya penuh lumpur dan masih ada sisa bekas air banjir. Kati dibantu suaminya serta para tetangga lain membersihkan kotoran bekas banjir.

“Seperti ini keadaanya. Tapi ya tetap disyukuri saja. Beberapa barang elektronik ada yang rusak. Tapi enggak apa-apa, yang penting sehat. Itu yang penting,” kata Kati.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Wonogiri, Trias Budiyono, mengatakan akan melakukan asesemen di wilayah banjir Giritirto dan Giripurwo. Dia akan memetakan apa saja faktor-faktor penyebab dan risiko banjir di kelurahan tersebut.

Menurut Trias, dua kelurahan itu memang menjadi langganan banjir ketika musim penghujan. Tindakan pencegahan bisa dengan meninggikan rumah atau membuat tanggal di bantaran Sungai Bengawan Solo.

“Nanti kami lihat dulu, kebutuhannya apa. Bisa saja nanti direlokasi. Soalnya kan seharusnya tidak ada pemukiman di bantaran sungai,” ucapnya. Dia menambahkan ketika pintu spillway Waduk Gajah Mungkur (WGM) Wonogiri dibuka, dua kelurahan itu berisiko terendam banjir.

Informasi dari BPBD Wonogiri, per Selasa (7/3/2023) pukul 15.00 WIB, limpasan air dari WGM ke Sungai Bengawan Solo melalui pintu spillway masih 240 m3/detik dan melalui pembangkit listrik tenaga air (PLTA) sebanyak 58 m3/detik.

Total limpasan air dari WGM ke Sungai Bengawan Solo sebanyak 298 m3/detik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya