Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian
Informasi yang dihimpun Solopos.com di lapangan, korban banjir tersebar di Dusun Daleman (Ngringo) sebanyak 46 keluarga, Jomboran (Ngringo) 11 keluarga, Sroyo empat keluarga serta Karangsari dan Kragan 10 keluarga. Data tersebut dibenarkan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karanganyar, Aji Pratama Heru K.
Menurutnya ketinggian banjir mencapai dada orang dewasa. Untuk mengantisipasi korban jiwa, korban banjir diungsikan sementara di tenda darurat dan sebagian lagi ke kediaman saudara mereka. Air mulai surut Minggu siang kendati debit air Sungai Bengawan Solo masih tinggi. “Empat tenda pengungsian sudah kami pasang, dapur umum sudah beroperasi,” katanya. Beberapa perahu karet juga sudah disiagakan di posko banjir di Daleman, Ngringo. Tujuannya untuk mewaspadai potensi terjadinya banjir susulan bila hujan deras. Apalagi sempat beredar isu bahwa pintu air Waduk Gajah Mungkur (WGM) di Wonogiri akan dibuka Minggu siang.
“Ada isu beredar bahwa satu pintu air WGM akan dibuka,” imbuhnya. Padahal, Heru melanjutkan, pembukaan pintu air WGM apalagi satu pintu penuh, sangat membahayakan warga di sepanjang bantaran Sungai Bengawan Solo. Merespons kabar mengkhawatirkan tersebut, Bupati Karanganyar, Rina Iriani SR, sempat meminta penjelasan bupati Wonogiri, melalui telepon. “Ibu Rina sudah pastikan belum ada rencana pembukaan pintu air waduk, sejauh ini masih aman,” terang Heru.
Banjir Sungai Bengawan Solo mulai surat sekitar pukul 11.00 WIB. Secara bergelombang, korban banjir mulai kembali ke rumah mereka untuk membersihkan sampah dan lumpur yang masuk. Seperti yang dilakukan Tukiman, warga Sroyo, saat ditemui Espos di tengah kesibukannya membersihkan rumah bersama istrinya. “Air mulai naik pukul 00.30 WIB, dengan cepat masuk rumah sehingga kami langsung mengungsi,” katanya.
Rumah Tukiman terendam banjir hingga ketinggian perut. Beruntung beberapa saat sebelum Sungai Bengawan meluap dirinya sudah bersiap-siap bersama enam anggota keluarganya. Barang-barang elektronik dan pakaian sudah dikemas mereka mengantisipasi banjir. “Kami sudah langganan banjir, biasa saja. Anak-anak dan cucu masih mengungsi,” imbuhnya.