SOLOPOS.COM - Espos/Kurniawan Sejumlah warga melintas di tanggul Sungai Bengawan Solo di Dukuh Mojo, Desa Laban, Mojolaban, Sukoharjo, Jumat (24/1) lalu. Pembangunan gubuk-gubuk di lereng tanggul dinilai bisa merusak tanggul. (Kurniawan/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SUKOHARJO— Antisipasi banjir Soloraya, Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS) meminta warga bantaran Sungai Bengawan Solo tidak membuat gubuk-gubuk pengungsian di tanggul sungai.

Sebab hal itu bisa membuat tanggul rusak. Penjelasan tersebut disampaikan Kasubag Tata Usaha (TU) BBWSBS, Sukoco saat dihubungi Espos melalui telepon seluler (ponsel)-nya, Sabtu (25/1/2014).

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Dia mengaku belum mengetahui ihwal pendirian gubuk-gubuk bambu di kanan-kiri tanggul Sungai Bengawan Solo di Dukuh Mojo, Desa Laban, Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo.

“Saya khawatirnya tiang-tiang gubuk ditanam dengan cara mengeruk stuktur tanggul. Sebab langkah itu bisa membahayakan struktur tanggul. Tanggul bisa luka lalu tergerus air,” katanya.

Untuk itu Sukoco menyatakan akan mengecek lokasi untuk melihat seperti apa gubuk buatan warga. “Untuk pastinya seperti apa, kami akan cek dulu gubuk-gubuk tersebut,” sambungnya.

Sementara berdasarkan pengamatan Solopos.com, kaki-kaki atau tiang gubuk buatan warga memang ditanam di bagian pinggir tanggul. Satu gubuk bisa mempunyai lebih dari empat tiang.

Sedangkan Camat Mojolaban, Basuki Budi Santoso mengaku tidak sependapat dengan pernyataan Sukoco. Menurut dia pembuatan gubuk-gubuk pengungsian banjir oleh warga tidak merusak tanggul.

Sebab dia menjelaskan tiang-tiang gubuk tersebut paling ditanam hanya di kedalaman beberapa sentimeter. “Langkah ini tidak merusak [tanggul]. Paling-paling tiang ditanam sedalam lima sentimeter,” ujarnya.

Camat mengaku percaya dengan pemahaman dan kesadaran lingkungan warganya. Sehingga warga tidak akan menggali tanggul terlalu dalam yang bisa merusak struktur tanggul tersebut.

Di samping itu, menurutnya pembuatan gubuk-gubuk tersebut bersifat temporer atau tidak permanen. Artinya, gubuk-gubuk tersebut akan dibongkar bila sudah tidak diperlukan.

Dia menerangkan pembangunan gubuk-gubuk pengungsian banjir sudah rutin dilakukan warga bantaran Sungai Bengawan Solo tiga tahun terakhir. Langkah tersebut dilakukan warga Laban dan Gadingan.

“Warga saya pasti sudah mikir lah. Mereka tidak akan menggali tanggul terlalu dalam. Ini kan untuk kepentingan keselamatan warga bila nanti banjir datang. Lagi pula nanti pasti dibongkar bila sudah lewat masa bahaya,” papar dia.

Basuki Budi mengaku sudah meminta penjelasan Kepala Desa (Kades) Laban, Sugino ihwal keberadaan gubuk-gubuk tersebut. “Pak Kades mempersilakan buat gubuk asal tidak permanen,” jelas dia.

Sementara, sejumlah warga Mojo, Laban mengakui pembangunan gubuk-gubuk pengungsian banjir sudah direstui pejabat desa setempat. Pembuatan gubuk di lereng tanggul supaya lalu-lintas warga di tengah tanggul tetap bisa dilakukan.

Seperti diungkapkan Suparjo, warga bantaran Sungai Bengawan Solo asal Dukuh Mojo. “Tengah tanggul merupakan jalur hilir mudik warga sini. Jadi biar lalu lintas tetap berjalan, gubuk kami buat di tepi tanggul,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya