SOLOPOS.COM - Dua orang petani melihat kondisi tanggul Sungai Depok yang jebol sepanjang 25 meter lantaran diterjang arus sungai di Dukuh Gani RT 016, Desa Karanganom, Kecamatan Sukodono, Sragen, Sabtu (6/2/2016). (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

Banjir Sragen terjadi di Kecamatan Sukodono dan merusak 6 Ha tanaman padi dan jagung.

Solopos.com, SRAGEN–Dua tanggul pertanian di Dukuh Gani RT 016, Desa Karanganom, Kecamatan Sukodono, Sragen jebol lantaran diterjang luapan air Sungai Depok, Jumat (5/2/2016) malam. Enam hektare areal tanaman padi dan jagung rusak karena terendam air dan sebagian terendam lumpur. Tanaman padi dan jagung tersebut terancam gagal panen.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Tanggul Sungai Depok setinggi satu meter dan panjang 25 meter. Tanaman padi dan jagung yang siap panen seluas empat hektare berubah menjadi sungai karena tergenang air. Sebagian tanaman padi tertutup lumpur. Tanggul lainnya setinggi 1,5 meter dengan panjang 20 meter milik petani perseorangan yang masih satu lingkungan RT dengan tanggul Sungai Depok.

Tanaman padi dan jagung itu milik Sarju dan Wagiman. Mereka menyewa tanah bengkok carik atau sekretaris desa (sekdes) dan bayan itu. “Tanaman jagung itu sudah berumur 2,5 bulan. Tinggal 4 pekan lagi sudah panen. Semua ludes. Hanya beberapa jagung yang bisa dipetik hasilnya. Tanaman padi di sebelah lahan jagung juga tertutup tanah dan air. Tanamannya rusak semua. Kami tak punya harapan untuk panen lagi,” ujar Wagiman saat ditemui wartawan di sawahnya, Sabtu (6/2/2016).

Ketua RT 016 Dukuh Gani, Desa Karanganom, Tugino, peristiwa jebolnya tanggul itu cepat sekali. Bukan hanya tanggul di Sungai Depok yang jebol. Tanggul milik Jumadi di sebelah utara dukuh setinggi 1,5 meter dan panjang 20 meter juga jebol. “Tanggul ini dibuat tahun lalu dengan mendatangkan alat berat. Tanggul ini dibuat agar air dari arah timur tidak langsung menerjang ke barat karena ada dua hektare tanaman padi milik Jumadi dan empat orang petani lainnya,” ujarnya.

Dua tanggul yang jebol itu, kata Tugino, memupuskan harapan petani pemilik tanaman padi dan jagung seluas enam hektare. Hujan harian dan air kiriman dari hulu, kata dia, akan terus masuk menggenang tanaman itu. “Kemungkinan bisa panen kecil. Kondisi serupa pernah kami alami beberapa tahun lalu,” tambahnya.

Kadus Desa Karanganom, Widodo, mengaku tidak bisa berbuat banyak karena bencana alam tidak bisa diprediksi. Dia berencana bergotong-royong dengan petani dan warga untuk memperbaiki tanggul yang jebol itu. “Perbaikan tanggul tidak mungkin dilaksanakan dalam waktu dekat karena percuma. Kami akan bergotong-royong memperbaiki tanggul itu saat musim kemarau mendatang. Kalau tidak bisa panen itu sudah menjadi langganan petani di sini,” tutur dia.

Widodo memperkirakan kerugian material petani mencapai puluhan juta rupiah. Dia menyampaikan kalau musim penghujan petani di Gani sering jadi langganan banjir. “Namun saat musim kemarau, air masih berlimpah di Gani. Pertanian masih subur. Jagung hasil panen kemarau lalu sangat bagus karena airnya cukup. Kami memiliki tampungan air yang tidak pernah mengering selama kemarau,” tutur dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya