SOLOPOS.COM - Warga Kampung Nusupan, Kadokan, Grogol, Sukoharjo, terpaksa beraktivitas menggunakan perahu saat banjir melanda wilayah itu beberapa tahun lalu. Wilayah itu selalu menjadi kawasan rawan banjir di musdim penghujan akibat luapan Bengawan Solo dan anak-anak sungai lainnya. (JIBI/SOLOPOS/Dwi Prasetya)

Banjir Sukoharjo ini terkait usulan menjadikan lokasi rawan banjir sebagai lahan pertanian.

Solopos.com, SUKOHARJO – Permukiman penduduk di dua lokasi rawan banjir di bantaran Sungai Bengawan Solo diusulkan menjadi lahan pertanian untuk menyokong swasembada pangan.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Kedua lokasi rawan banjir itu yakni Dusun Kesongo, Desa Tegalmade, Kecamatan Mojolaban dan Dusun Nusupan, Desa Kadokan, Kecamatan Grogol.

Hal itu disampaikan Komandan Kodim (Dandim) 0726/Sukoharjo, Letkol Inf Riyanto, seusai acara penyuluhan pertanian di Gedung Korpri, kompleks Kantor Setda Sukoharjo, Rabu (10/2/2016).

Menurut dia, lahan pertanian yang terletak di pinggir sungai bakal mendapat pasokan air berlimpah setiap hari. Otomatis produktivitas tanaman padi bakal meningkat pesat.

“Daripada menangani banjir dua-tiga kali dalam setahun, lebih baik keluarga yang berdomisili di lokasi rawan banjir direlokasi ke daerah lain. Lokasi relokasi bisa di Kecamatan Polokarto atau Kecamatan Bendosari yang terbebas dari banjir,” kata dia.

Dandim telah mengusulkan daerah rawan banjir di Sukoharjo menjadi lahan pertanian ke Kementerian Pertanian (Kementan). Saat ini, luas lahan pertanian semakin berkurang lantaran tergerus pembangunan perumahan dan industri. Karena itu, daerah di sepanjang Sungai Bengawan Solo perlu dimaksimalkan menjadi lahan pertanian.

Daerah rawan banjir di sepanjang Sungai Bengawan Solo mulai dari Sukoharjo hingga wilayah Jawa Timur seperti Ngawi dan Madiun lebih maksimal menjadi lahan pertanian dibanding permukiman.

Damdim baru saja mengikuti studi banding di Vietnam beberapa pekan lalu. Dia mempelajari seluk beluk sektor pertanian di Vietnam. Dia mencontohkan terdapat ratusan hektare sawah di sepanjang Sungai Mekong. Para petani tak pernah mengeluhkan minimnya pasokan air saat musim kemarau. Sawah milik petani selalu mendapat pasokan air dari aliran Sungai Mekong.

Mestinya, kondisi itu bisa diterapkan di daerah Sungai Bengawan Solo. Sehingga mampu menyokong swasembada pangan yang dicanangkan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Di sisi lain, Kepala Dinas Pertanian (Dispertan) Sukoharjo, Netty Harjianti, mengatakan lahan pertanian produktif di Kabupaten Jamu seluas 20.814 hektare. Dia tak memungkiri luasan lahan pertanian produktif perlu ditambah guna menggenjot produksi padi.

Selama ini, optimalisasi lahan pertanian telah dilakukan di Desa Dalangan, Kecamatan Tawangsari seluas lebih dari 100 hektare.

“Anggarannya dari pemerintah pusat senilai Rp200 juta. Jadi para kelompok tani diberi dana stimulus untuk meningkatkan produksi padi. Mudah-mudahan ada daerah lainnya yang menerapkan program optimalisasi lahan pertanian,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya