SOLOPOS.COM - Anak-anak tengah melintasi jalan yang tergenang banjir di Tambahrejo, Jetis, Sukoharjo, Minggu (6/1/2013) (JIBI/SOLOPOS/Asiska Riviyastuti)

Anak-anak tengah melintasi jalan yang tergenang banjir di Tambahrejo, Jetis, Sukoharjo, Minggu (6/1/2013) (JIBI/SOLOPOS/Asiska Riviyastuti)

SUKOHARJO — Belum tuntasnya normalisasi Kali Langsur di wilayah Jetis, Sukoharjo, membuat wilayah itu dengan mudah tergenang banjir akibat hujan lebat pada Sabtu (5/1/2013). Banjir di daerah Tambahrejo, Jetis bahkan tersebut mencapai ketinggian pusar orang dewasa.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

“Banjir sudah sejak tadi malam [Sabtu malam]. Kalau di jalan ketinggiannya mencapai pusar orang dewasa. Sedangkan di dalam rumah ketinggiannya sampai lutut orang dewasa,” ungkap salah seorang warga Tambahrejo RT 005/RW 006, Jetis, Sukoharjo, yang rumahnya terkena banjir, Heru Sri Wahyudi, 42, kepada Solopos.com di lokasi banjir, Minggu (6/1/2013). Menurut Heru, daerah tempat tinggalnya merupakan daerah langganan banjir. Heru mengungkapkan banjir disebabkan saluran drainase yang semakin sempit sehingga tidak mampu menampung air hujan dan menyebabkan banjir.

Hal yang sama juga diungkapkan Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Suprapto, saat ditemui Solopos.com di Desa Kedungsono, Bulu, Sukoharjo. Suprapto membenarkan drainase di wilayah Tambahrejo memang kecil. Selain itu, banjir juga dipengaruhi proses normalisasi Kali Langsur yang belum tuntas. “Air dari sana [daerah Tambahrejo, Jetis] muaranya ke Kali Langsur tapi karena normalisasi kali belum selesai jadi hingga saat ini daerah itu masih terkena banjir,” tutur Suprapto.

Banjir kali ini, menurut Heru lebih parah jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Menurut dia hal tersebut disebabkan karena jalan raya ditinggikan sehingga air berpusat di timur jalan. Sebagai daerah langganan banjir, Heru mengungkapkan masyarakat sudah terbiasa dengan datangnya bencana alam musiman tersebut. Penduduk di daerahnya menurut Heru kebanyakan membangun rumahnya menjadi dua lantai sehingga jika banjir tiba, warga menyelamatkan barang-barang ke lantai dua. Sedangkan bagi yang rumahnya masih satu lantai, biasanya menumpang di rumah tetangga yang memiliki rumah dua lantai. “Karena rumah saya dua lantai, semalam ada beberapa tetangga yang tidur di tempat saya,” kata Heru.

Menurut warga yang lain, Mardi, 44, warga memilih bertahan dirumah sambil menunggu banjir surut. Area persawahan yang terkena banjir, menurut Mardi tidak ada masalah karena petani belum memulai masa tanam. “Petani di sini [Tambahrejo] memang sengaja agak menunda menanam padi sebagai bentuk antisipasi banjir,” ujar Mardi.

Sementara itu, hingga Minggu siang warga belum mendapat bantuan apapun. “Kami belum mendapat bantuan dari manapun. Tadi pagi ada pembagian mie instan ke warga tapi itu dari kas RT jadi kami swadaya sendiri. Kemudian karena sudah terbiasa ada bencana ini [banjir] jadi kami tidak menghubungi pihak manapun untuk melapor ada bencana atau meminta bantuan,” kata Heru.

Suprapto mengungkapkan, Sabtu malam, pihaknya telah mengunjungi lokasi banjir di dekat pabrik Sritex tersebut. “Semalam kami sudah mengecek kesana. Kami memang belum mengirimkan bantuan ke sana. Daerah itu langganan banjir dan masyarakat sudah bersahabat dengan bencana itu jadi mereka sudah tahu bagaimana cara mengatasi dan bertahan di tengah bencana itu. walau begitu bukan berarti kami tidak memperhatikan daerah itu. Kami terus memantau sana [Tambahrejo] tapi kalau untuk bantuan, kami fokus ditempat lain yang lebih membutuhkan,” imbuh Suprapto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya