SOLOPOS.COM - Pelajar berjalan kaki melewati jalan perkampungan di Dusun Kesongo, Desa Tegalmade, Kecamatan Mojolaban yang tergenang air akibat luapan air Sungai Bengawan Solo, Kamis (11/2/2016). Sementara warga lainnya terpaksa menuntun sepeda lantaran tingginya genangan air yang merendam jalan perkampungan. (Bony Eko Wicaksono/JIBI/Solopos)

Banjir Sukoharjo mengakibatkan banyak sawah siap panen terendam.

Solopos.com, SUKOHARJO – Bayang-bayang kesedihan terlihat jelas di wajah Pardiman, 53, saat memandangi sawahnya yang berubah menjadi lautan. Tatapan matanya nanar. Sesekali, ia menoleh ke kanan dan kiri sambil memandangi lautan air yang merendam sawahnya. Tak pernah terbersit sedikit pun di pikirannya, tanaman padi yang baru ditanam sebulan lalu mati gara-gara luapan air Sungai Bengawan Solo.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Ya, sawah milik Pardiman terendam air sungai yang meluap setelah turun hujan dengan intensitas tinggi sejak Sabtu (18/6/2016) petang. Sawah itu memang tak berada jauh dari bibir sungai. Mayoritas lahan pertanian yang mengelilingi sawah milik Pardiman ikut terendam banjir. Harapan Pardiman dan petani lainnya untuk memanen padi sebelum Lebaran pupus.

“Mungkin beberapa hari sebelum Lebaran bisa dipanen. Sawah yang terendam banjir tak bisa dipanen,” kata dia, saat berbincang dengan Solopos.com, Minggu (19/6/2016).

Warga Desa Laban, Kecamatan Mojolaban itu mengungkapkan sebagian besar permukiman penduduk di Desa Laban terendam banjir. Selain rumah penduduk, air luapan sungai juga menggenangi puluhan hektare sawah. Sawah yang terendam banjir dipastikan gagal panen saat masa tanam (MT) II.

Lelaki paruh baya ini menjelaskan akibat terendamnya lahan pertanian, para petani merugi belasan hingga puluhan juta rupiah. Selama ini, bencana banjir memang selalu membayangi para petani. Jarak antara lahan pertanian dengan bibir sungai hanya ratusan meter.

“Nek ngene aku ra iso bakdan [Kalau begini saya tidak bisa merayakan Lebaran],” ujar dia.

Dia membeberkan kejadian serupa hampir terjadi setiap musim penghujan. Biasanya, lahan pertanian terendam banjir saat puncak musim penghujan. Kecemasan para petani luntur lantaran air sungai tak meluap selama musim penghujan yang diperkirakan terjadi mulai akhir 2015-April 2016.

“Tahun lalu, sawah saya juga terendam banjir namun tak separah sekarang. Saya berharap ada bantuan dari pemerintah untuk para petani yang sawahnya terendam banjir,” tutur dia.

Ketua Paguyuban Petani Pengguna Air (P3A) Dam Colo Timur, Sarjanto, mengatakan lahan pertanian yang letaknya di dekat Sungai Bengawan Solo terendam banjir. Wilayah terparah di Kecamatan Mojolaban dan Polokarto. Banjir kali ini memang cukup parah selama beberapa tahun terakhir.

“Di kampung halaman saya, lahan pertanian yang terendam banjir lebih dari 10 hektare. Itu baru satu desa, belum desa-desa lain di Mojolaban, Polokarto dan Sukoharjo,” papar dia.

Selain tanaman padi, banjir juga merendam dua hektare lahan budidaya tanaman melon. Tanaman holtikultura itu hendak dipanen beberapa pekan mendatang. Alhasil, para petani harus gigit jari lantaran gagal panen.

Pria yang akrab disapa Jigong ini mengaku tak mengetahui apakah lahan pertanian yang terendam banjir bisa diikutkan program asuransi pertanian atau tidak. “Tergantung petani, apakah tercatat dalam program asuransi pertanian atau tidak?” terang dia.

Di sisi lain, Kepala Dinas Pertanian (Dispertan) Sukoharjo, Netty Harjianti, belum bisa dimintai konfirmasi ihwal lahan pertanian terdampak banjir. Solopos.com telah menghubungi ponselnya namun tidak direspons.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya