SOLOPOS.COM - Pengurus Bank Sampah Sami Ikhlas, Dukuh Padan, RW 01, Desa Kahuman, Kecamatan Polanharjo, Klaten, menunjukkan tempat budi daya maggot yang dikelola pengurus bank sampah belum lama ini. (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN—Bank Sampah Sami Ikhlas, Desa Kahuman, Kecamatan Polanharjo, Klaten, selama setahun terakhir mengembangkan budi daya maggot. Selain mengurai permasalahan sampah organik, bank sampah yang didirikan warga RW 01, Dukuh Padan tersebut mampu meraup omzet Rp2 juta per bulan dari hasil penjualan maggot.

Maggot adalah larva dari lalat tentara hitam atau black soldier fly (BSF). Larva itu merupakan organisme pemakan sampah organik.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Wakil Ketua Bank Sampah Sami Ikhlas, Nur Budi Pranoto, menjelaskan budi daya maggot sejak Oktober 2020. Awalnya, bank sampah yang berdiri pada April 2020 baru sebatas mengelola sampah anorganik layak jual. Sampah organik sebelumnya hanya dibuang ke pekarangan atau sungai. Kondisi itu kerap menimbulkan bau tak sedap.
Baca Juga: Lokasi Truk Terbang di Kuncen Klaten Black Spot Jalan Solo-Jogja

Salah satu pengurus bank sampah lantas menelurkan ide agar Bank Sampah Sami Ikhlas tak hanya mengurus sampah layak jual, melainkan juga mengelola sampah organik. “Keesokan harinya kami kemudian belajar ke Jatinom yang sebelumnya sudah ada budi daya maggot,” kata Budi saat berbincang dengan Solopos.com belum lama ini.

Mereka lantas secara swadaya mendirikan bangunan sederhana memanfaatkan tanah kas desa yang tak produktif. Bangunan tersebut lantas menjadi tempat budi daya maggot.

Budi menjelaskan dari budi daya itu pengelola bisa memanen 20 kg maggot per dua hari. Untuk mendapatkan hasil panen tersebut, sampah organik yang dibutuhkan sekitar 1 kuintal.

Baca Juga: Ngeri! Truk Terbang Lompati Median Jalan Solo-Jogja, Pengemudi Terjepit

Hasil panen maggot itu lantas dipasarkan ke para peternak seperti peternak lele atau unggas. Budi mengakui hingga kini masih kewalahan melayani permintaan pasar. “Satu kg fresh maggot itu kami jual Rp7.000. Kalau per bulan omzet bisa sekitar Rp1,5 juta sampai Rp2 juta. Sampai saat ini kami masih belum bisa memenuhi permintaan karena permintaan tinggi,” kata Budi.

Budi menuturkan selama ini maggot banyak dicari untuk pakan lele dan unggas. Pasalnya, maggot menjadi nutrisi dan mempercepat pertumbuhan ternak. “Untuk pakan lele itu bisa mempercepat panen satu atau dua pekan jika dibandingkan hanya diberi makan seperti biasanya,” jelas dia.

Ketua Divisi Maggot Bank Sampah Sami Ikhlas, Eksan Haryono, mengatakan sumber pakan maggot seluruhnya merupakan sampah organik. Sampah tersebut merupakan limbah organik rumah tangga di wilayah RW 01, Dukuh Padan.

Baca Juga: Beasiswa Mahasiswa Wonogiri Rp12 Juta Dibuka, Ini Syarat-Syaratnya

 

Kesadaran Meningkat

Sejak ada tempat budi daya maggot tersebut, kesadaran warga terhadap pengelolaan sampah organik kian meningkat. Tak ada lagi sampah organik rumah tangga seperti sisa makanan atau buah-buahan yang sudah membusuk di buang sembarang tempat salah satunya tepian sungai.

Warga mulai terbiasa membawa sampah organik dari rumah tangga mereka ke rumah budi daya maggot. Eksan menjelaskan awalnya pengelola bank sampah membeli lalat BSF untuk dikembangbiakkan hingga bertelur.

Telur tersebut lantas dipisahkan dan ditempatkan pada wadah budi daya yang disebut dengan biopon, wadah berbentuk kotak dengan bagian dalam dilapisi bekas karung atau plastik. Pada wadah tersebut lantas diisi sampah organik sebagai sumber pakan maggot. Dalam rentang dua hari sekali, pengelola mengisi biopon dengan sampah organik.

Baca Juga: Beasiswa Mahasiswa Wonogiri Rp12 Juta, Eks Paskibraka Dapat Nilai Lebih

Eksan menuturkan masih ada potensi lain dari pengelolaan sampah organik tersebut selain untuk budi daya maggot. Sisa sampah yang dimakan maggot bisa menjadi pupuk organik bernama kasgot. Hanya saja, pupuk organik tersebut untuk sementara waktu hanya digunakan untuk kebutuhan pertanian anggota bank sampah.

Kabid Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Klaten, Dwi Maryono, mengatakan belakangan budi daya maggot di Kabupaten Bersinar menggeliat. Selain mengatasi permasalahan sampah organik, para pembudi daya juga bisa meraup cuan.

“Saat ini ada 140an pembudi daya maggot di Klaten dengan kapasitas bervariasi. Jumlahnya akan terus berkembang,” kata dia.

Baca Juga: Talut Penguat Tanggul Sungai Kongklangan Klaten Ambrol 25 Meter

Soal upaya memfasilitasi para pembudi daya maggot tersebut, Dwi menuturkan selain bantuan sarana dan prasarana, DLHK membantu para pembudi daya mendapatkan tambahan sampah organik untuk peningkatan kapasitas produksi maggot.

“Kami fasilitasi dalam mencarikan pakan maggot. Kami tembusi pasar-pasar itu agar sampah organik di pasar tidak dibuang melainkan diserahkan ke pembudi daya maggot,” jelas Dwi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya