SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solo (Solopos.com)- Sekitar 170 jiwa atau 48 kepala keluarga (KK) RT 5/RW XIII Kampung Dadapan, Kelurahan Sangkrah, Kecamatan Pasar Kliwon, Solo terancam keselamatannya akibat erosi tanah di bantaran Sungai Bengawan Solo, Kamis (12/5) dini hari.

Ketua RT 5/RW XIII Kampung Dadapan, Kelurahan Sangkrah, Tukino mengatakan, erosi tanah itu terjadi sekitar pukul 02.00 WIB. Dia menceritakan, pada Rabu (11/5) siang, permukaan air Sungai Bengawan Solo sempat meluber ke perkampungan warga yang berada di bantaran. Akan tetapi, luberan air tersebut tidak berlangsung lama. “Banjir itu adalah kiriman dari daerah Wonogiri, Sukoharjo dan Klaten. Banjirnya memang hanya sebentar, tetapi malamnya tiba-tiba terdengar suara gemuruh yang mengagetkan istirahat kami. Setelah kami lihat ternyata tanah di bantaran ambles,” kata Tukino saat dihubungi Kamis petang.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Lebih lanjut, Tukino menjelaskan, erosi tanah tersebut sepanjang sekitar 60 meter dengan kedalaman sekitar enam meter. Menurutnya, erosi tersebut berada tak jauh dari permukiman warga yang berada di bantaran Sungai Bengawan Solo. Bahkan, erosi tersebut hanya berjarak sekitar 4-5 meter dari permukiman warga. Padahal, permukiman warga tersebut dihuni 48 KK atau sekitar 170 jiwa. Kendati menyadari adanya ancaman bahaya, warga tidak memiliki pilihan selain tetap tinggal di rumah-rumah mereka. “Rumah saya paling berdekatan dengan tanah ambles itu. Kami tentu ketar-ketir, khawatir kalau amblesnya tanah itu melebar,” kata Tukino.

Diakui Tukino, erosi tersebut membuat warga merasa semakin khawatir tinggal di bantaran Sungai Bengawan Solo. Menurutnya, warga setempat sudah menyatukan suara untuk bersedia mengikuti program relokasi yang direncanakan Pemerintah Kota (Pemkot) Solo. Warga berharap, Pemkot Solo segera merealisasikan program relokasi bagi mereka. Dia menjelaskan, warga tidak mungkin mampu menimbun bebatuan atau pasir secara swadaya karena membutuhkan dana yang cukup besar. “Dananya pasti besar. Warga tak akan mampu merealisasikannya. Satu-satunya jalan keluar adalah ikut program relokasi,” tandasnya.

Tukino menambahkan, keinginan untuk ikut relokasi itu diperkuat dengan kondisi rumah warga yang semakin memprihatinkan. Warga memang sengaja tidak membenahi setiap kerusakan yang terjadi pada rumah mereka lantaran sudah mendengar kabar akan direlokasi. ”Membenahi rumah kan perlu biaya. Kalau sudah keluar uang, lalu kami ikut relokasi kan percuma,” ujarnya.

Poniran, 33, warga setempat saat ditemui Espos di lokasi mengaku bersyukur erosi tersebut tidak sampai menelan korban jiwa. ”Longsor itu memang mengancam rumah-rumah kami. Tetapi untunglah tidak ada korban jiwa,” urai Poniran.

Sementara itu, Lurah Sangkrah, Mahendra saat dihubungi melalui telepon genggamnya mengaku belum mendengar kabar ikhwal terjadinya erosi Sungai Bengawan Solo yang mengancam keselamatan ratusan warganya tersebut. “Sejauh ini saya belum dapat informasi mengenai hal itu. Saya masih berada di Pekan Baru untuk mengikuti kunjungan kerja (Kunker). Semua Lurah memang berangkat Kunker ke sini. Tetapi, setelah ini saya akan mencari tahu kebenaran informasi itu,” terang Mahendra.

mkd

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya