Soloraya
Rabu, 23 Januari 2013 - 06:03 WIB

Bantaran Kali Dengkeng Klaten Kembali Ambrol

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Salah seorang warga RT 014/ RW 007, Dukuh Turasan, Desa Japanan, Dalinem, 48, berdiri di pekarangannya yang terkikis aliran air Sungai Dengkeng, Selasa (22/1/2013). Ia berharap Pemkab Klaten memperhatikan warga di perbatasan kabupaten seperti dirinya. (Ivan Andi M/JIBI/SOLOPOS)

Salah seorang warga RT 014/ RW 007, Dukuh Turasan, Desa Japanan, Dalinem, 48, berdiri di pekarangannya yang terkikis aliran air Sungai Dengkeng, Selasa (22/1/2013). Ia berharap Pemkab Klaten memperhatikan warga di perbatasan kabupaten seperti dirinya. (Ivan Andi M/JIBI/SOLOPOS)

KLATEN–Pekarangan rumah warga di Dukuh Turasan, Desa Japanan, Kecamatan Cawas, yang berada di sepanjang bantaran Sungai Dengkeng kembali ambrol setelah diterjang aliran air, Senin (19/1/2013) lalu. Warga semakin was-was karena pemerintah belum melakukan tindakan antisipasi mencegah erosi yang lebih parah saat hujan datang lagi.

Advertisement

Salah seorang warga RT 014/ RW 007, Dukuh Turasan, Desa Japanan, Mardi Suwarno, 70, dijumpai Espos di lokasi longsornya tanah, Selasa (22/1/2013), mengatakan ia sudah membongkar rumah lamanya yang kini jaraknya tak lebih dari 30 cm dari bibir sungai sepekan lalu. Ia melakukan hal itu agar rumah lama miliknya tak hanyut percuma.

Ia menambahkan, derasnya arus bahkan telah membuat ambles tanah yang ditumbuhi pohon-pohon bambu di sebelah timur rumahnya. Padahal, menurutnya pohon bambu itu berfungsi sebagai penahan aliran air Kali Dengkeng.m

“Kalau banjirnya besar, tanah pekarangan kami ini bisa habis. Ini kan tipe tanah berpasir yang sangat rentan terhadap air. Beberapa waktu lalu petugas dari Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo meninjau lokasi sepanjang 250 meter di tepi Kali Dengkeng ini. Tetapi saya enggak tahu kapan akan dibangun talut yang kuat untuk menahan air sungai,” ujarnya.

Advertisement

Warga lain yang ditemui Espos, Dalinem, 48, mengatakan saat hujan datang Senin lalu, ia bersama warga lain bersama-sama memakai payung dan lampu senter untuk memantau ketinggian air. Hal itu mereka lakukan agar dapat segera menyelamatkan diri sewaktu-waktu air sungai meluap.

“Kami enggak bisa tidur karena takut banjir akan datang secara tiba-tiba. Kalau air meninggi, saya pukul kentongan itu biar warga lain pada datang. Saya takut kalau sendiri. Rumah saya ini letaknya paling mepet dengan bibir sungai. Padahal dulunya ada pekarangan luas dan tanggul yang menurutn saya cukup kuat,” paparnya.

Ia berharap pemerintah segera memperhatikan kondisinya beserta warga lain yang tinggal di pinggir Kali Dengkeng. Menurutnya, Pemerintah Kabupaten Klaten kurang adil dalam pemerataan pembangunan. Ia merasa pembangunan di wilayah perbatasan dilupakan pemerintah daerah.

Advertisement

“Di mana-mana ada pembangunan. Kami yang berada di perbatasan dengan Sukoharjo sini kok tidak diperhatikan,” tandasnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif