Soloraya
Senin, 7 Maret 2022 - 16:09 WIB

Banyak Hajatan Jelang Ramadan, Harga Cabai di Wonogiri Naik 100 Persen

Rudi Hartono  /  Haryono Wahyudiyanto  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Cabai berbagai jenis dijual di Pasar Kota Wonogiri, Minggu (6/3/2022). (Rudi Hartono/Solopos)

Solopos.com, WONOGIRI—Harga komoditas di pasar tradisional di Wonogiri mulai naik menjelang Ramadan.  Kenaikan harga  cabai rawit merah sangat tinggi karena menembus 100 persen menjadi Rp60.000 per kilogram (kg).

Di Pasar Kota Wonogiri, harga jual cabai rawit merah atau sret mulai naik sepekan lalu. Kenaikannya secara bertahap.

Advertisement

Selama sepekan ini atau tiga pekan menjelang Ramadan kenaikannya sudah mencapai 100 persen dari sebelumnya Rp30.000/kg kini menjadi Rp60.000/kg.

Baca juga: Waduh! Harga Cabai di Pasar Legi Solo Naik Rp5.000 dalam Sehari

“Pada 2021 lalu harga cabai sret pernah mencapai harga tertinggi Rp130.000/kg. Seiring berjalannya waktu harga terus turun hingga menjadi Rp30.000/kg. Seminggu [sepekan] terakhir mulai naik lagi,” kata pedagang berbagai bahan pangan, Warni, saat ditemui Solopos.com di los tempatnya berjualan di lantai I Pasar Kota Wonogiri, Minggu (6/3/2022).

Advertisement

Kenaikan harga juga terjadi pada jenis cabai yang lain, seperti cabai merah keriting dan plompong. Kenaikan harga masing-masing jenis cabai itu dari sebelumnya Rp30.000/kg saat ini menjadi Rp45.000/kg.

Harga cabai hijau besar juga naik dari sebelumnya Rp15.000-Rp16.000/kg pada Minggu menjadi Rp20.000/kg.

Baca Juga: Mulai Pedas! Harga Cabai di Boyolali Tembus Rp70.000/kg

Advertisement

Dia menilai penyebab kenaikan harga saat ini berbeda dengan tahun lalu. Menurut dia, tahun lalu harga cabai naik kemungkinan karena produksi cabai di tingkat petani turun lantaran cuaca. Pada sisi lain permintaan tetap, sehingga harga mengikuti mekanisme pasar.

Kenaikan harga cabai saat ini, ulas Warni, bisa jadi karena permintaan meningkat. Sebab, menjelang Ramadan banyak warga yang menggelar hajatan. Kebutuhan terhadap cabai pun meningkat. Cabai digunakan untuk memasak berbagai menu hidangan di tempat hajatan.

“Biasanya kalau Ruwah [kalender Jawa] seperti sekarang ini banyak yang menggelar hajatan. Otomatis permintaan meningkat,” ujar Warni.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif