SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Boyolali (Espos)–Pelaksanaan manasik haji di tanah air nampaknya perlu dilakukan evaluasi. Maklum, selama ini banyak jemaah haji yang mengalami gagap teknologi dan gagap kebudayan (shock culture) mulai dari proses pemberangkatan haji di tanah air hingga di Tanah Suci Mekah.

Kondisi inilah yang menjadi catatan serius Panitai Pelaksanaan Ibadah Haji (PPIH), lantaran hal itu kerap menimbullkan permasalahan serius selama pelaksanaan ibadah haji berlangsung.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Ketua Humas PPIH, Muhammad Saidun menjelaskan, persoalan shock culture tersebut paling banyak menyangkut ibadah muamalah, bukannya ibadah haji. Secara teknis, kata Saidun, pelaksanaan ibadah haji berjalan lancar karena dalam manasik haji selalu diajarkan hal-hal terkait rukun dan doa-doa haji.

“Namun, secara etika muamalah atau bermasyarakat, jemaah haji banyak yang mengalami kaget kebudayan baru di Mekah dan juga gagap teknologi,” terangnya saat ditemui Espos di Asrama Haji Donohudan (AHD), Jumat (25/12).

Sejumlah bentuk shock culture tersebut antara lain soal adanya peraturan di dalam pesawat. Saidun menerangkan, bahwa larangan jemaah haji membawa air zam-zam berlebihan atau bersuci dengan air di dalam toilet kerapkali diabaikan jemaah haji. Padahal, hal itu sangat membahayakan bagi penerbangan karena sejumlah komponen pesawat harus dijauhkan dari air.

“Yang terjadi kan banyak jemah haji bersuci dengan nggebyur air hingga menggenang di lantai toilet pesawat. Ini kan membahayakan,” jelas PPIH lainnya, Zainal Abidin.

Shock culture dari sisi kebudayaan juga terlihat ketika sudah tiba di Tanah Mekah. Menurut Saidun, perbedaan kebudayaan antara Indonesia dengan Mekah terkadang banyak yang tak dipahami jemaah haji. Misalkan, soal jam malam atau etika melakukan transaksi jual beli.

Selama ini banyak jemaah haji Indonesia perempuan yang suka keluyuran di malam hari atau membeli barang-barang dengan cara-cara yang tak umum dipakai di Mekah.

“Sehingga, jangan heran masyarakat Arab yang jahil suka mencubit perempuan-perempuan haji Indonesia ketika tengah belanja. Karena, masyarakat Arab memiliki pola transaksi jual beli yang berbeda dengan pola di Indonesia,” jelasnya.

Dua kasus di atas adalah potret kecil betapa urusan haji bukanlah semata urusan ibadah mahdoh yang ketika telah menghapal rukun haji usai pula urusanya. Ada urusan muamalah lainnya yang tak kalah pentingnya yang mestinya juga dijelaskan dalam manasik haji. “Apa mungkin, demi air zam-zam lantas menipu petugas pesawat. Ini kan berkaitan dengan haji,” tambahnya.

asa

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya