Soloraya
Sabtu, 11 Maret 2023 - 12:44 WIB

Banyak Orang Tersesat di Kampung Bebek Nusupan Sragen, Begini Kisahnya!

Tri Rahayu  /  Muh Khodiq Duhri  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Seorang warga mengendarai motor melintas di pintu gerbang Dukuh Nusupan, Desa Celep, Kecamatan Kedawung, Sragen, Jumat (10/3/2023). (Solopos.com/Tri Rahayu).

Solopos.com, SRAGEN — Nusupan merupakan nama dukuh di wilayah Desa Celep, Kecamatan Kedawung, Sragen. Dukuh ini terdiri atas dua rukun tetangga (RT) yaitu RT 015 dan RT 016. Dari cerita tutur masyarakat sekitar, banyak orang yang tersesat saat menginjakkan kaki di Nusupan.

Lokasi Nusupan berbatasan dengan Dukuh Purworejo dengan Sungai Jambangan sebagai batasnya. Nusupan juga dikenal dengan sebutan Kampung Bebek karena banyak warga yang memelihara bebek di dukuh itu. Bahkan pengepul telur bebek juga ada di dukuh yang terletak di ujung selatan Kabupaten Sragen.

Advertisement

Berdasarkan Kamus Bahasa Kawi, kata Nusup atau Susup artinya bertempat di lokasi sepi atau tempat menyediri. Jadi kata Nusupan artinya tempat untuk menyepi atau bermeditasi.

Karsorejo, 92, merupakan warga paling tua di Dukuh Nusupan RT 015, Celep, Kedawung, Sragen. Karsorejo saat berbincang dengan Solopos.com di kediamannya, Jumat (10/3/2023), mengatakan sekarang Nusupan hanya satu RT yakni RT 015 karena RT 016 sudah memiliki sebutan Dukuh Kajen. Meskipun di catatan desa masih disebut Nusupan Kulon untuk lingkungan RT 016.

Advertisement

Karsorejo, 92, merupakan warga paling tua di Dukuh Nusupan RT 015, Celep, Kedawung, Sragen. Karsorejo saat berbincang dengan Solopos.com di kediamannya, Jumat (10/3/2023), mengatakan sekarang Nusupan hanya satu RT yakni RT 015 karena RT 016 sudah memiliki sebutan Dukuh Kajen. Meskipun di catatan desa masih disebut Nusupan Kulon untuk lingkungan RT 016.

“Nusupan itu tempat orang tersesat karena keliru jalan. Dulu sebelum ada jembatan, jalan di Nusupan ini buntu karena tembusnya sungai. Sekarang dengan adanya jembatan pun masih banyak orang yang tersesat. Yang bikin orang tersesat itu sebenarnya persimpangan di Semplak itu,” ujar Karso.

Semplak merupakan persimpangan di perbatasan antara wilayah Desa Karangpelem dan Desa Celep. Karso mengatakan orang mau ke Celep ternyata masuknya ke Nusupan. Nusupan ini dekat pabrik serat Jambangan. “Dulu saya tukang menarik gerobak sapi yang biasa mengangkut serat nanas dari perkebunan ke pabrik serat pada zaman Belanda selama dua tahun. Gerobak itu milik bapak saya tapi saya yang mengoperasionalkan,” jelasnya.

Advertisement

Karso juga berkisah tentang zaman pendudukan Jepang. Dia mengatakan orang Jawa kalau tidak ada orang Jepang tidak maju. “Dulu Jepang yang mengajari orang Jawa buat bambu runcing. Walapun senjata itu akhirnya yang digunakan orang Jawa untuk mengusir penjajah,” ujarnya.

Nusupan memang dikenal sebagai Kampung Bebek karena banyak warga yang memelihara bebek. Waktu masih muda, Karso juga memelihara bebek tetapi jumlah tidak banyak, sekitar 100 ekor. Sejak zaman kemerdekaan, kata dia, sudah ada warga Nusupan yang memelihara bebek.

Warga Nusupan lainnya, Atmo Wiyono, 83, menyebut nama Nusupan itu berasal dari pemberian seorang wali pada zaman dulu. Dia mengatakan setiap dukuh ada namanya sendiri-sendiri.

Advertisement

Dia menyebut Nusupan awalnya ada di RT 015 dan Nusupan Kulon di RT 016. Namun, Nusupam Kulon akhirnya berubah nama jadi Kajen.

Dia menyebut nama punden cikal bakal Nusupan adalah Eyang Kaji Krapyak yang sekarang masih digunakan untuk sadranan.
Atmo mengatakan sebutan Kampung Bebek itu belum lama yakni sekitar tahun 2000-an.

Istilah itu muncul ketika Atmo mengadu ke pegawai kecamatan bahwa di Nusupan tidak pernah ada bantuan dari pemerintah. Setelah itu, pemerintah merespos aduan itu dengan mengirim tiga warga setempat untuk ikut pelatihan di Semarang selama tiga hari.

Advertisement

“Setelah itu Nusupan dapat bantuan Rp125 juta untuk budi daya bebek sehingga jadi Kampung Bebek. Sampai sekarang banyak yang budi daya bebek. Saya saja punya 600-700 ekor,” ujarnya.

Lebih dari 10 warga yang memelihara bebek dan membentuk kelompok ternak Rejeki Agung. Menurutnya, ternak bebek sekarang susah karena harga pakan tinggi dan bebek bisa bertelur 80% sudah bagus.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif