SOLOPOS.COM - Pemudik asal Karawang, Tari (berdiri) bersama anaknya singgah di HIK Jl Kartini, Timuran, Solo, Jumat (21/4/2023). (Solopos/Afifah Enggar Wulandari)

Solopos.com, SOLO – Sebuah mobil berpelat nomor B atau Jakarta tampak parkir di tepi Jl Kartini, Timuran, Kecamatan Banjarsari, Kota Solo, Jumat (21/4/2023).

Empat orang turun dari mobil menuju ke gerobak hidangan istimewa kota (HIK) atau wedangan. Salah satu dari mereka adalah Maria Magdalena Dwi Lestari atau Tari, 32, pemudik asal Karawang, Jawa Barat. Ia bersama keluarga berangkat dari Karawang Kamis (20/4/2023) pukul 10.00 WIB.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Perjalanan mudik dari Karawang menuju Kota Surabaya sejauh 700 km serta suasana jalanan yang ramai, membuat Tari memilih untuk beristirahat di Kota Solo. Ia singgah di Solo sejak Kamis malam dan menginap di hotel yang berlokasi di Jl Slamet Riyadi Solo.

Tari dan keluarga memesan nasi kucing, sate usus dan kulit, serta es teh di HIK. Mereka kemudian duduk di tikar yang telah disiapkan penjualnya. HIK Yu Ribut Mangkunegaran menjadi pilihan sarapannya. Sebab lebih dari tiga kali mengelilingi Pura Mangkunegaran, namun tak ada warung makan buka.

“Kita sudah tiga kali muter. Ada satu itu antre banget,” kata Tari saat berbincang dengan Solopos.com di lokasi.
Selain itu, ia ingin menghemat budget mudiknya. Makan di warung makan biasa dan HIK mampu memangkas setengah dari biaya makan di rest area atau pun di restoran makanan cepat saji. Nantinya ia akan keluar tol di Madiun dan akan cari makan siang pecel.

“Tadi ada yang buka junk food, kurang baik. Di sini maksimal Rp100.000 untuk berempat, di rest area bisa Rp250.000,” kata dia.

Dari sisi harga, Tari yakin HIK tidak akan ngepruk atau menaikkan harga dengan tak wajar. “Sejauh ini HIK aman saja, tidak ngepruk,” katanya.

Penjual HIK, Ngatini, juga mengaku tak ingin menaikkan harga secara tak wajar. Meski pun momen mudik Lebaran menguntungkan baginya. Pagi tadi, pukul 04.00 WIB, ada rombongan keluarga dari Kota Bandung yang makan di tempatnya. Namun ia menjual seluruh menu masih dengan harga yang sama dengan yang ia tetapkan bagi pembeli asal Kota Solo.

“Tidak memanfaatkan kesempatan lah ya,” kata Ngatini.

Sebelum pandemi Covid-19, Ngatini bisa mendapat Rp4 juta dalam sehari semalam saat momen mudik Lebaran. Namun kini, jumlah yang ia dapat tak sebanyak itu. Saat Idulfitri, banyak warung makan tutup. Dua kondisi itu sebetulnya bisa menjadi alasan menaikkan harga makanan. Namun faktor kepercayaan pelanggan menjadi modal Ngatini dalam melanggengkan usaha HIK-nya.

“Karena akan dititeni sama pembeli, saya tidak mau mereka kapok,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya