SOLOPOS.COM - Pelaku bisnis nail art di Sragen, Cindy Permatasari berfoto di depan kantornya yang terletak di Ringinanom, Sragen Kulon, Sragen, belum lama ini. (Istimewa/Cindy Permatasari)

Solopos.com, SRAGENKuku yang cantik, bersih, dan penuh hiasan menjadi tren kecantikan bagi perempuan, khususnya di Bumi Sukowati. Kuku-kuku itu dipercantik dengan hiasan yang dikenal dengan nail art.

Hobi para perempuan untuk merias kuku ini ditangkap sosok perempuan yang bernama Cindy Permatasari sebagai peluang bisnis. Cindy awalnya juga hobi dengan nail art.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Perempuan kelahiran Sragen, 8 Juni 1996, ini sering pergi ke Solo hanya untuk menghias kukunya. Nail art biasanya digunakan sebagai bagian dari riasan pada penganten.

Penggemar nail art tidak hanya kalangan menengah ke atas. Sebaliknya nail art juga digandrungi para selegram hingga beauty blogger.

Cindy memulai bisnis nail art dengan membuka calon kencantikan di Kampung Ringinanom, Sragen Kulon, Sragen, saat masih gadis pada 2021. Ia baru menikah pada Oktober 2022 lalu dan sekarang membuka cabang di Kuyang, Desa Pantirejo, Kecamatan Sukodono, Sragen.

Nail art adalah seni menghias kuku. Di sini, kami bisa melukis kuku sesuai dengan permintaan pelanggan. Selain nail art, kami juga bisa extention atau seni menamah kuku. Jadi bagi perempuan yang punya kuku bantet atau pendek bisa jadi panjang,” ujar Cindy kepada Solopos.com, Minggu (26/2/2023).

Cindy berkisah tentang bisnisnya. Awalnya, Cindy suka memakai kuteks dan ketika pengin nail art harus pergi ke Solo. Lantaran jarak yang jauh dari Sragen ke Solo setiap ingin nail art, akhirnya Cindy belajar atau sekolah nail art. 

Biaya belajar berasal dari uang tabungannya. Setelah belajar, Cindy memulai membuka jasa nail art dengan pelayanan dari rumah ke rumah atau home service.

“Guruku orang Surabaya. Saat beliau lagi tour di Solo, aku ikut sekolah nail art di Solo, Februari 2021 lalu,” katanya.

Sebelumnya, Cindy memang sudah usaha kecantikan, yakni softlens dan skin care seperti masker-masker wajah. Sampai sekarang usaha itu masih jalan berdampingan dengan usaha barunya nail art.

Bisnis nail art di Sragen terhitung masih jarang dan belum banyak kompetitor. Sebagai pelaku bisnis pemula, Cindy serius menggeluti usahanya. Guna meningkatkan kamampuannya, Cindy terus belajar.

Sekarang, Cindy memiliki lima orang karyawan. Karyawan yang direkrutnya harus memiliki sertifikat kursus nail art sehingga konsumen juga percaya dengan hasil kerjanya. Sebagai seorang owner, Cindy sendiri masih tetap ikut melayani pelanggan.

Tarif yang dipasang Cindy masih terjangkau, yakni Rp60.000-Rp100.000. Perbedaan harga disesuaikan dengan tingkat kerumitan desain nail art-nya.

Cindy menjelaskan untuk permintaan yang dikerjakan oleh tim untuk nail art polos Rp60.000 per paket, kalau nail art bermotif Rp75.000 per paket.

“Jika dikerjakan owner sendiri, polos Rp75.000 per paket dan Rp100.000 per paket untuk yang bermotif,” jelasnya.

Penghasilan kotor Cindy dalam sehari bisa sampai Rp1 juta atau bisa sampai Rp30 juta per bulan. Dia mengatakan pelanggan yang datang setiap hari antara 10-15 orang. Saat lagi ramai bisa sampai 21 orang.

“Varian nail art ini tidak terbatas jenisnya. Yang paling diminati di Sragen untuk jenis marble, 3D, leopard, gradasi, dan monokrom. Satu jenis nail art untuk varian 3D itu membutuhkan waktu 1,5 jam,” terang Cindy.

Dia mempromosikan produknya lewat akun media sosial, seperti Instagram. Pelanggannya berasal dari Sragen, Solo, hingga Ngawi, Jawa Timur.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya