SOLOPOS.COM - hama wereng (Foto:google.image)

Karanganyar (Espos)--Sekitar 40 an petani dari empat desa di Colomadu melaksanakan penyemprotan massal untuk membasmi wereng di lahan sawah masing-masing, Senin (17/1) pagi. Penyemprotan secara serempak dilakukan di Desa Klodran, Baturan, Gedongan dan Tohudan.

Selama ini, tanaman padi di empat desa tersebut terserang wereng hijau dan wereng coklat. Wereng coklat menimbulkan virus kerdil rumput, sedangkan wereng hijau menyebabkan padi jadi tungro. Total lahan yang terserang wereng itu sekitar 100 hektare. Namun yang gagal panen saat ini sudah mencapai 20 persen.

Sebelum penyemprotan massal, petani diminta untuk berkumpul di satu tempat untuk mendapatkan obat pembasmi wereng. Obat tersebut didapat dari bantuan pihak swasta dan Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan (Distanbunhut) Karanganyar.
Setelah mendapatkan obat secara merata, petani langsung menyemprotkan obat wereng ke lahannya masing-masing menggunakan tangki.

Salah satu petani di Desa Gedongan, Gito Diyono, 68, mengatakan, lahan sawahnya seluas dua patok, sudah terkena wereng semua. “Ke sini untuk minta obat. Sebelumnya saya sudah habiskan sekitar Rp 2,5 juta untuk membeli obat wereng, tapi hingga saat ini werengnya belum hilang juga,” kata Gito kepada Espos, Senin. Gara-gara sering menyemprotkan obat wereng ke lahan padi, ia pernah menjalani rawat inap di rumah sakit karena keracunan.

Hal serupa juga dirasakan petani Desa Baturan, Darmo. Selama ini ia sudah menghabiskan biaya sekitar Rp 30 juta untuk mengelola lahan padinya yang seluas tiga hektare. Padahal tahun lalu, semua padinya mengalami puso atau gagal panen. Ada pula beberapa petani yang menggunakan air kencingnya sendiri, cairan obat nyamuk dan obat lain yang tidak semestinya, untuk membunuh wereng.

“Karena mereka sudah kebingungan, bagaimana lagi caranya untuk membasmi wereng,” kata ketua Gapoktan Colomadu, Sukarjoko.
Ia juga meminta kepada petugas penyuluh Distanbunhut Karanganyar agar turut menangani permasalahan wereng. Sebab selama ini para penyuluh itu sama sekali tidak pernah mendampingi dan mendengarkan keluhan petani.

fas

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya