Soloraya
Rabu, 18 Juli 2012 - 11:56 WIB

BATIK CANGKOL: Modal Cupet, Produksi Batik Seret

Redaksi Solopos.com  /  Tutut Indrawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Ahmad Hartanto/JIBI/SOLOPOS)

Ilustrasi (Ahmad Hartanto/JIBI/SOLOPOS)

SUKOHARJO–Pengembangan sentra kerajinan batik di Desa Cangkol, Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo terkendala seretnya proses produksi. Pengrajin batik harus berhutang sambil menunggu penjualan produk untuk pembelian bahan demi kelangsungan usaha.

Advertisement

Koordinator Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Barokah Desa Cangkol, Suradi menyebutkan kerajinan batik tumbuh dan berkembang di desanya beberapa bulan terakhir. Dia mengatakan pengrajin membentuk enam kelompok usaha bersama (kube) dengan masing-masing kelompok beranggotakan sekitar 10 orang.

“Kegiatan pemasaran sudah mulai berjalan. Para pengrajin bahkan punya showroom batik di Laweyan. Tapi justru proses produksi terhambat faktor modal,” ungkapnya dijumpai Solopos.com di lokasi sentra batik Kube Manggar di Dukuh Pengen, Desa Cangkol, Selasa (17/7/2012).

Suradi menjelaskan modal terbatas menjadi keluhan enam kube di desanya. Menurut dia, selama ini proses pembuatan batik dilakukan dengan cara berhutang sambil menunggu penjualan produk. Sehingga selama batik belum terjual, produksi dihentikan sementara.

Advertisement

 Seragam Pegawai

Ketua Kube Manggar Dukuh Pengen, Ruchanah, menyatakan faktor kesulitan modal membuat 10 pengrajin batik di kelompoknya hanya bekerja satu hari dalam satu pekan. “Terkecuali ada pesanan khusus, anggota kelompok masuk setiap hari untuk memenuhi batas waktu order,” paparnya dalam kesempatan yang sama.

Ruchanah meminta pemerintah daerah memperhatikan kesulitan yang dialami pengrajin batik di desanya. Terlebih meski belum lama, usaha kerajinan batik di Cangkol mampu menampung banyak tenaga kerja. Menurut dia, selain pemberdayaan, sentra batik tulis yang digeluti warga Cangkol memiliki prospek cerah.

Advertisement

Suradi juga mengemukakan harapan serupa. Dia bahkan meminta pemerintah daerah mempertimbangkan kemungkinan penggunaan batik Cangkol sebagai seragam pegawai di lingkungan pemkab. “Kebijakan itu salah satu cara mendorong perkembangan sentra batik Cangkol sebagai aset dan potensi daerah,” jelasnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif