Soloraya
Jumat, 7 Agustus 2015 - 06:40 WIB

BATU AKIK SRAGEN : Mani Gajah Diduga Fosil

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Batu akik jenis mani gajah setelah diproses. (Moh Khodiq Duhri/JIBI/Solopos)

Batu akik Sragen jenis mani gajah yang ditemukan di Tanon diduga fosil

Solopos.com, SRAGEN–Pakar Geologi bidang perbatuan dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Partoso Hadi, menyebut ada kemungkinan batu mani gajah merupakan sebuah fosil.

Advertisement

Meski begitu, perlu pembuktian secara ilmiah guna memastikan batu mani gajah yang ditemukan di perbukitan Gunung Tugel, Bonagung, Tanon, Sragen, itu merupakan fosil.

“Pembentukan batu fosil itu tidak cukup gampang. Sebelum jadi fosil, barang itu tidak boleh ada kontak dengan udara selama jutaan tahun. Fosil itu bisa terbentuk setelah tertutup oleh banyak material di sekelilingnya,” ujar Partoso saat dihubungi Solopos.com, Kamis (6/8/2015).

Partoso belum tahu bagaimana asal usul terbentuknya batu mani gajah. Dia juga belum bisa memastikan batu mani gajah itu berasal dari jenis binatang atau tumbuh-tumbuhan apa yang hidup jutaan tahun lalu. Partoso mengakui banyak kalangan menyebut batu yang belakangan ramai diperbincangkan itu berasal dari sperma atau mani gajah purba. Namun, dia meragukan kebenaran pandangan tersebut.

Advertisement

“Kebetulan saya pernah melihat langsung batu mani gajah itu. Kalau ada orang yang menyebut batu itu dibentuk dari bahan mani atau sperma gajah purba, saya meragukannya. Itu tidak ilmiah dan belum teruji kebenarannya,” ujar Partoso.

Partoso juga meragukan pendapat yang menyebut batu fire opal dari Wonogiri terbentuk dari getah pinus yang berubah menjadi sedimen selama jutaan tahun. Menurutnya, banyak kalangan pencinta batu akik sengaja mengarang cerita demi mengangkat nilai jual batu akik tersebut.

Sementara itu, salah satu kolektor batu akik mani gajah asal Kerten, Solo, Edi Suhardi, tidak memungkiri sebagian besar teman-temannya menganggap batu itu berasal dari mani atau sperma gajah purba. Namun, Edi mengaku juga tidak yakin dengan kebenaran pendapat teman-teman sesama kolektor batu akik itu. “Sulit menerka-nerka karena batu itu terbentuk selama ribuan bahkan jutaan tahun lalu,” kata Edi yang memiliki ratusan koleksi batu akik khas mani gajah.

Advertisement

Edi mengaku menyukai batu akik mani gajah lantaran barang langka. Dia juga menyukai karakter dari batu yang memiliki beragam warna seperti putih, kuning kehijau-hijauan, merah tua seperti gula jawa atau madu. “Kalau dilihat melalui kaca pembesar, batunya terlihat retak-retak. Padahal, tekturnya memang demikian,” ucap Edi.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif