Soloraya
Kamis, 6 Agustus 2015 - 10:40 WIB

BATU AKIK SRAGEN : Pemdes Bonagung Minta Ada Sentra Industri Akik

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Batu akik jenis mani gajah setelah diproses. (Moh Khodiq Duhri/JIBI/Solopos)

Batu akik Sragen membuat pemerintah desa berencana membuat sentra industri di Bonagung

Solopos.com, SRAGEN–Pemerintah Desa (Pemdes) Bonagung, Kecamatan Tanon, Sragen, berencana mendirikan sentra industri kerajinan batu akik mani gajah. Rencana tersebut baru diusulkan ke Dinas Perindustrian Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Sragen.

Advertisement

Kepala Desa (Kades) Bonagung, Suwarno, mengatakan rencana pendirian sentra industri kerajinan batu akik mani gajah itu sudah dibahas bersama Pemerintah Kecamatan (Pemcam) Tanon pada Selasa (4/8/2015) malam. Menurutnya, sudah ada sejumlah investor yang berminat menanamkan modal di bidang industri kerajinan batu akik khas mani gajah itu.

“Sudah ada calon investor yang berminat menanamkan modalnya. Setelah dibahas bersama Pak Camat, rencana ini akan kami usulkan kepada Pemkab Sragen melalui Dinas Perindustrian Koperasi dan UMKM,” kata Suwarno saat ditemui Solopos.com, di sela-sela kesibukannya memantau aktivitas penambangan batu mani gajah di perbukitan Gunung Tugel, Bonagung, Tanon, Rabu (5/8/2015).

Suwarno berharap pendirian sentra industri batu akik khas mani gajah itu bisa direalisasikan secepatnya. Dia mengakui keuntungan yang diraih warga selaku penambang batu mani gajah tidak sebanding dengan pendapatan yang diraih para pengepul maupun penjual dalam bentuk akik. Setiap malam, Desa Bonagung selalu ramai dikunjungi pengepul yang datang dari berbagai kota seperti Jogja dan Semarang. Di tangan warga, batu mani gajah itu dijual mulai Rp300.000 hingga Rp500.000/karung ukuran kecil. Di tangan pedagang, satu akik mani gajah berukuran kecil dijual dengan harga minimal Rp1 juta.

Advertisement

“Kalau sudah terbentuk sentra industri batu akik, kami tidak mengizinkan pendatang membeli bahan baku berupa batu mani gajah. Pendatang hanya boleh membeli dalam bentuk akik,” ujarnya.

Salah satu kendala yang dihadapi, kata Suwarno, adalah ketiadaan sumber daya manusia (SDM) yang mampu membuat batu akik di Desa Bonagung. Dia berharap adanya pelatihan membuat batu akik yang difasilitasi oleh Dinas Perindustrian Koperasi dan UMKM. “Tak ada satu pun warga Bonagung yang bisa membuat akik. Ini permasalahan yang harus dicarikan solusi terlebih dahulu,” papar dia.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif