Soloraya
Kamis, 6 Agustus 2015 - 04:40 WIB

BATU AKIK SRAGEN : Pemilik Lahan Pilih Momong Cucu

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pemilik lahan, Cokro Suwarno, memilih bermain bersama cucu dibandingkan mencari batu akik jenis mani gajah di lahan pertanian. (Moh. Khodiq Duhri/JIBI/Solopos)

Batu akik Sragen, Cokro Suwarno memilih untuk bermain bersama cucu.

Solopos.com, SRAGEN– Lahan seluas satu hektare (ha) milik Cokro Suwarno, 61, di perbukitan Gunung Tugel, Bonagung, Tanon, Sragen, mendadak ramai dikunjungi warga. Siapa sangka, di balik lahan yang kering itu tersimpan barang berharga berupa batu mani gajah yang belakangan banyak diburu kalangan pencinta batu akik.

Advertisement

Warga sekitar, batu mani gajah itu ibarat telaga di tengah musim kemarau. Tanpa kenal lelah, mereka terus menggali lahan dengan peralatan seadanya untuk menemukan batu tersebut. Namun, bagi Suwarno, si pemilik lahan, tidak ada yang istimewa dari batu mani gajah itu. Dia pun mengaku tidak tertarik berburu batu mani gajah seperti yang dilakukan warga lain di lahannya.

Saat para tetangganya sibuk berburu batu akik, Suwarno justru lebih asyik menikmati kebersamaan dengan cucu-cucunya di rumah. Bagi dia, bermain bersama cucu-cucunya lebih menyenangkan daripada berpanas-panasan di ladang untuk berburu akik.

“Kebetulan sebentar lagi cucu-cucu saya berangkat ke Pekanbaru. Sejak Lebaran lalu sudah di rumah,” kata Suwarno saat ditemui Solopos.com di rumahnya, Rabu (5/8/2015).

Advertisement

Meski para tetangganya mampu meraup jutaan rupiah dari hasil berburu batu mani gajah, Suwarno tetap tidak berminat. Sesekali dia datang ke ladangnya sekadar untuk mengamati kemeriahan warga yang asyik berburu batu mani gajah. Sebagai pemilik lahan, sebenarnya Suwarno memiliki hak untuk mengakusisi kekayaan batu mani gajah yang tersimpan di ladangnya. Namun, Suwarno mempersilakan warga berburu batu mani gajah sebanyak-banyaknya.

“Saya sendiri tidak berminat. Membuat akik itu prosesnya rumit dan lama. Saya itu orangnya tidak sabaran. Di samping itu, untuk membedakan mana batu mani gajah dengan batu biasa saja saya tidak mampu,” kata kakek tujuh cucu ini.

 

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif