Soloraya
Rabu, 16 Desember 2020 - 22:13 WIB

Batu Bata Merah Diduga Candi Ditemukan di Tengah Sawah Gempol Klaten

Taufiq Sidik Prakoso  /  Jafar Sodiq Assegaf  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pegawai Disparbudpora Klaten menunjukkan struktur batu bata merah diduga bagian bangunan candi di Desa Gempol, Kecamatan Karanganom, Rabu (16/12/2020). (Taufiq Sidik Prakoso/Solopos)

Solopos.com, KLATEN – Struktur batu bata yang diduga bagian dari bangunan candi pada era Mataram kuno ditemukan di tengah lahan persawahan Desa Gempol, Kecamatan Karanganom.

Viral di Grup WA, Begini Cerita Kades Glodagan Klaten Lupa Bawa Duit Saat Jajan hingga Ninggal Sepatu Jadi Jaminan

Advertisement

Struktur itu berupa tumpukan batu bata merah berukuran besar yang tersusun tiga lapis. Masing-masing batu bata merah yang ditemukan memiliki tebal 10 sentimeter, lebar 22 sentimeter, panjang 39 sentimeter. Bagian tanah yang sudah terbuka dan ditemukan struktur batuan itu sepanjang 2 meter dengan lebar 30 sentimeter. Diduga, masih ada bagian struktur batuan yang terpendam tanah.

Struktur batuan itu ditemukan pada Selasa (15/12/2020). Saat itu, ada seorang warga yang juga perangkat desa setempat berniat menggali tanah pada area ditumbuhi pohon tua di tengah lahan persawahan Dukuh Brajan.

Advertisement

Struktur batuan itu ditemukan pada Selasa (15/12/2020). Saat itu, ada seorang warga yang juga perangkat desa setempat berniat menggali tanah pada area ditumbuhi pohon tua di tengah lahan persawahan Dukuh Brajan.

“Istilahnya Pak Bayan itu penasaran dengan candi. Apakah benar di sini ada bangunan candinya atau tidak. Ternyata setelah digali ditemukan itu,” kata salah satu warga Dukuh Brajan, Desa Gempol, Yuli, 42, saat ditemui wartawan di sekitar lokasi temuan batu, Rabu (16/12/2020).

Pecah Rekor! Partisipasi Pemilih di Pilkada Klaten 2020 Capai 81,4 Persen

Advertisement
Pegawai Disparbudpora Klaten menunjukkan struktur batu bata merah diduga bagian bangunan candi di Desa Gempol, Kecamatan Karanganom, Rabu (16/12/2020). (Taufiq Sidik Prakoso/Solopos)

Aneka Tanaman Teras

Kawasan temuan struktur batu bata merah itu berupa tanah ditumbuhi aneka tanaman keras di tengah lahan persawahan Desa Gempol. Kawasan itu tertata dilengkapi dengan kursi berbahan semen dan disampingnya ada gentong. Selain itu ada patung berbentuk kura-kura di beberapa sudut kawasan.

Yuli mengaku dia bersama rombongannya yang melakukan penataan kawasan tersebut setelah mendapatkan izin dari pemilik lahan di kawasan sekitarnya. Kawasan tersebut kerap digunakan untuk kegiatan tirakatan oleh sejumlah orang. “Di sini kan dulu banyak yang tidak berani menjamah apalagi ketika malam. Sekitar 30 tahun lalu, saya bersama rombongan kemudian melakukan pembersihan karena kawasannya rimbun dan banyak ularnya,” ungkap dia.

Ternyata Desa Tertua di Indonesia ada Di Klaten Lur, Usianya 1.154 Tahun

Advertisement

Sekretaris Desa (Sekdes) Gempol, Isdianto, mengatakan dari cerita yang disampaikan secara turun temurun, kawasan di tengah persawahan Dukuh Brajan, Desa Gempol itu diyakni pernah berdiri candi. Hanya saja, sebelumnya tak pernah ditemukan struktur bangunan yang menunjukkan kawasan itu merupakan candi. Selama ini, kawasan penemuan batuan itu dikeramatkan oleh warga sehingga tak banyak orang yang menyambangi tempat itu. “Warga mau ambil kayu dari tempat itu saja tidak berani,” ungkap dia.

Perlu Diteliti

Analis Kebudayaan Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga (Disparbudpora) Klaten, Avi Elsatyawira, mengatakan perlu penelitian lebih lanjut untuk memastikan temuan batu bata merah itu merupakan struktur bangunan candi.

“Kami masih mencoba untuk menganalisis, mencari, dan mengembangkan. Perlu memperluas area tanah yang digali untuk memperjelas sejauh mana struktur batuan itu ada. Ini juga yang menjadi dasar bagi kami untuk berkoordinasi dengan BPCB maupun Balai Pelestarian Cagar Budaya,” ungkap dia.

Advertisement

Weladalah, Komisioner KPU Klaten Ini Nyaris Terjungkal Saat Pimpin Rapat Pleno

Avi menjelaskan tindak lanjut dari temuan itu segera dilakukan. Dia berpesan kepada pemerintah desa setempat untuk ikut menjaga keberadaan temuan itu serta kawasan di sekitarnya. “Kami mohon untuk bisa ngerem orang yang nantinya berbondong-bondong datang. Jangan sampai justru nanti orang berdatangan kemudian merusak sawah,” ungkap dia.

Pegiat pelestarian cagar budaya, Hari Wahyudi, meyakini struktur batuan yang ditemukan di Gempol merupakan struktur bangunan candi dari era Mataram kuno. Dugaan itu setidaknya terlihat dari ukuran batu bata merah yang identik dengan tipikal batu bata merah pada era Mataram kuno.

“Pada seberang sungai tak jauh dari tempat temuan itu, ada lingga patok. Dimungkinkan pernah ada kompleks dua bangunan candi. Dugaan awal merupakan bangunan pemujaan. Untuk lebih pastinya, kami berharap dari Disparbudpora atau desa menyurati ke BPCB untuk melakukan tindak lanjut,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif