SOLOPOS.COM - SITUS WATUTELENAN-Sejumlah pekerja tengah berupaya mengangkat situs batu besar yang ada di Kampung Watutelenan, Kelurahan Pulisen, Boyolali Kota, Selasa (15/5/2012). Batu yang diduga bagian dari candi itu dipindah ke rumah arca di Taman Kridanggo. (JIBI/SOLOPOS/Farida Trisnaningtyas)

SITUS WATUTELENAN-Sejumlah pekerja tengah berupaya mengangkat situs batu besar yang ada di Kampung Watutelenan, Kelurahan Pulisen, Boyolali Kota, Selasa (15/5/2012). Batu yang diduga bagian dari candi itu dipindah ke rumah arca di Taman Kridanggo. (JIBI/SOLOPOS/Farida Trisnaningtyas)

BOYOLALI–Guna kepentingan penelitian, akhirnya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Tengah mengangkat situs batu yang ditemukan di Kampung Watutelenan, Kelurahan Pulisen, Kecamatan Boyolali Kota, Selasa (15/5). Benda yang diduga bagian dari candi itu dipindahkan ke rumah arca di Taman Kridanggo untuk penelitian lebih lanjut.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

“Pengangkatan batu ini sebagai bentuk pengamanan terhadap benda-benda purbakala. Kami memindahkannya ke rumah arca agar aman serta untuk keperluan penelitian,” ujar Staf Bagian Perlindungan BP3 Jateng Harun Ar Rosyid saat ditemui wartawan di sela pengangkatan batu, Selasa (15/5/2012).

Harun mengatakan, pemindahan batu itu untuk keperluan penelitian. Batu besar yang ditemukan warga setempat ini diduga calon ambang pintu candi. Pihaknya juga akan melakukan penelitian batu yang ditemukan di beberapa tempat seperti di Kecamatan Selo.

Sementara itu, proses pengangkatan batu cukup sulit. Pihaknya telah mendatangkan derek berbentuk tripod tetapi batu tak kunjung bergeser dari tempatnya. Rantai derek yang ditarik dua orang macet. Ia memerkirakan berat batu lebih dari kapasitas derek seberat tiga ton.

Ia berupaya mendatangkan derek yang lebih besar agar bisa mengangkat batu itu. Upaya pengangkatan ini dilakukan mulai pukul 11.00 WIB. Namun, tripod yang digunakan untuk penyangga derek sempat putus. Meskipun demikian, ia mengusahakan secepatnya untuk memindah batu itu.

Terkait kompensasi bagi pemilik lahan, ia belum dapat memastikan. Pasalnya, nilai kompensasi perlu dibahas dalam rapat internal BP3 Jateng. Sementara itu, Suratno, pemilik lahan tempat ditemukannya batu menunggu adanya kompensasi dari pihak yang berwenang. Sebab,  tanaman miliknya rusak akibat banyaknya warga yang ingin menonton batu itu.

“Saya menunggu adanya kompensasi. Akan tetapi, berapa besarnya saya manut saja. Uang itu akan saya gunakan untuk memperbaiki lahan ini,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya