Soloraya
Jumat, 3 Maret 2023 - 11:50 WIB

Batuan Purba Bayat Klaten Berusia 100 Juta Tahun, Disebut Tertua di Pulau Jawa

Taufiq Sidik Prakoso  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Seorang warga melihat papan informasi terkait batuan purba di Bukit Pertapan, Desa Kebon, Kecamatan Bayat, Jumat (10/6/2022). (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Batuan purba di perbukitan wilayah Kecamatan Bayat, Klaten, diperkirakan berusia 100 juta tahun dan disebut-sebut sebagai yang tertua di Pulau Jawa.

Pada 2020 lalu, Pemkab Klaten pernah mewacanakan untuk menjadikan kawasan batuan purba yang belakangan ditambang untuk material uruk proyek tol Solo-Jogja itu sebagai wisata geopark atau geoheritage.

Advertisement

Usulan untuk menjadikan kawasan batuan purba Bayat sebagai geoheritage sudah disampaikan oleh Pemkab Klaten ke Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui Pemerintah Provinsi Jawa Tengah pada 11 November 2020.

Dari peninjauan yang dilakukan Dinas ESDM Jawa Tengah dan Kementerian ESDM di kawasan itu, Juni 2020, diketahui kawasan itu memiliki potensi batuan purba dan langka sehingga layak diusulkan menjadi geoheritage.

Advertisement

Dari peninjauan yang dilakukan Dinas ESDM Jawa Tengah dan Kementerian ESDM di kawasan itu, Juni 2020, diketahui kawasan itu memiliki potensi batuan purba dan langka sehingga layak diusulkan menjadi geoheritage.

Ada 11 sampai 12 tempat batuan purba di kawasan di Bayat dan Wedi yang diusulkan menjadi geopark. Selama ini, kawasan perbukitan dengan batuan purba itu menjadi tempat penelitian hampir semua universitas yang memiliki Fakultas Geologi.

Para peneliti dari berbagai universitas dalam negeri hingga luar negeri pernah datang meneliti kandungan batuan purba di Bayat dan Wedi, Klaten. Bahkan, UGM memiliki kampus lapangan di kawasan tersebut.

Advertisement

“Ada yang pernah kami teliti, batuannya ada yang berumur 98,5 juta tahun, jadi kira-kira sekitar 100 juta tahun,” kata Didit. Didit pun kemudian menjelaskan arti penting dari batuan purba di Bayat, Klaten.

Menurutnya, batuan merekam proses alam mulai dari suhu, kehidupan zaman dahulu, aktivitas tektonik di masa lampau, serta kondisi lingkungan di masa lampau.

Rekaman Sejarah Proses Terbentuknya Bumi

“Jadi ada batu 100 juta tahun lalu sampai sekarang, itu bisa melihat sejarah masa lampau bagaimana bumi terbentuk, bagaimana Pulau Jawa terbentuk serta kegempaannya dan sebagainya, akan terekam di batu itu,” kata Didit.

Advertisement

Jika batuan purba di Bayat, Klaten, itu hilang, Didit mengibaratkan seperti kehilangan lembar sejarah. Sejarah digunakan untuk melihat pola yang terjadi di masa sebelumnya untuk memprediksi masa depan. “Proses alam itu punya siklus. Arti pentingnya di sana,” ujarnya.

Soal penambangan batuan di dua bukit wilayah Bayat untuk material proyek tol Solo-Jogja, Didit mengaku sudah menanyakan ke berbagai pihak yang berkompeten. Didit juga sudah bertanya ke kontraktor maupun kementerian terkait.

Jawaban yang diperoleh Didit yakni bahwa tanah di Bayat dinilai memenuhi spesifikasi teknis tanah uruk untuk jalan tol. Sementara tanah di tempat lain dinilai tidak sesuai.

Advertisement

Dia mengakui situasinya memang serbasulit bahkan dia mengibaratkan seperti makan buah simalakama. Di satu sisi, batuan itu dibutuhkan untuk proyek tol, namun di sisi lain ada ancaman rusaknya rekaman sejarah perjalanan bumi pada batuan yang ditambang tersebut.

Menurut Didik, dari aktivitas penambangan untuk material tol di perbukitan di Bayat termasuk Bukit Cakaran dan bukit di sisi utara Gunung Konang, batuan purba dan langka yang selama ini tertimbun akhirnya tersingkap.

Seperti di lokasi tambang uruk tol sisi utara Gunung Konang. Dari kegiatan tambang itu tersingkap batuan grafit yang sangat besar, marmer, serta bekas magma purba yang berumur 30 juta tahun. Batuan itu dulunya tertutup tanah.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif