SOLOPOS.COM - Kawasan perbukitan di Bayat, Klaten, yang menyimpan batuan purba berusia 100-an juta tahun dan kini ditambang untuk tanah uruk tol Solo-Jogja, Kamis (2/3/2023). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Batuan purba di perbukitan wilayah Kecamatan Bayat, Klaten, ditambang untuk material uruk proyek tol Solo-Jogja. Padahal, batuan purba di perbukitan itu diperkirakan berusia 100 juta tahun.

Tak hanya itu, batuan itu disebut-sebut merupakan yang tertua di Pulau Jawa. Aktivitas pertambangan itu berada di Bukit Cakaran sisi barat, masuk wilayah Desa Paseban, Kecamatan Bayat, Klaten. Selain itu juga bukit di sisi utara wilayah Desa Kebon yang disebut warga setempat sebagai Gunung Konang.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

“Batuan yang menyusun bukit itu bisa dikatakan batuan tertua di Pulau Jawa. Ada yang pernah kami teliti, batuannya ada yang berumur 98,5 juta tahun, jadi kira-kira sekitar 100 juta tahun,” kata Kepala Stasiun Lapangan Geologi UGM yang berada di Bayat, Didit Hadi Bariyanto, saat berbincang dengan Solopos.com, Kamis (2/3/2023).

Batuan purba termasuk di Bayat, Klaten, memiliki arti penting. Didit menjelaskan proses di alam terekam dalam batuan termasuk batuan pada bukit di Bayat yang merekam terbentuknya Pulau Jawa.

Batuan itu merekam proses alam mulai dari suhu, kehidupan zaman dahulu, merekam aktivitas tektonik di masa lampau, serta merekam lingkungan di masa lampau.

“Jadi ada batu 100 juta tahun lalu sampai sekarang, itu bisa melihat sejarah masa lampau bagaimana bumi terbentuk, bagaimana Pulau Jawa terbentuk serta kegempaannya dan sebagainya, akan terekam di batu itu,” kata Didit.

Jika batuan purba itu hilang, Didit mengibaratkan seperti kehilangan lembar sejarah. Sejarah digunakan untuk melihat pola yang terjadi di masa sebelumnya untuk memprediksi masa depan. “Proses alam itu punya siklus. Arti pentingnya di sana,” ujarnya.

Penambang Diminta Bijak dan Hati-Hati

Soal aktivitas pertambangan di dua bukit di Bayat, Klaten, yang menyimpan batuan purba tersebut, Didit mengaku sudah menanyakan ke berbagai pihak yang berkompeten. Dari hasil konfirmasi Didit ke kontraktor maupun kementerian, tanah di Bayat dinilai memenuhi spesifikasi teknis tanah uruk untuk jalan tol.

Sementara tanah di tempat lain dinilai tidak sesuai. Di sisi lain, perbukitan wilayah Bayat menyimpan batuan purba tertua di Pulau Jawa yang semestinya dilestarikan.

Dia mengibaratkan aktivitas pertambangan untuk tanah uruk tol di dua bukit purba itu dengan peribahasa bagai makan buah simalakama, dimakan bapak mati, tidak dimakan ibu mati alias sama-sama dalam situasi yang sulit.

Sudah ada bukti bahwa perbukitan di Bayat termasuk Bukit Cakaran dan bukit di sisi utara Gunung Konang menyimpan batuan purba dan langka yang selama ini tertimbun. Batuan itu tersingkap setelah ada kegiatan pertambangan.

Seperti di lokasi tambang uruk tol sisi utara Gunung Konang. Dari kegiatan tambang itu tersingkap batuan grafit yang sangat besar, marmer, serta bekas magma purba yang berumur 30 juta tahun. Batuan itu dulunya tertutup tanah.

Terkait kondisi perbukitan purba yang telanjur dikeruk untuk diambil tanahnya, Didit meminta kegiatan bisa dilakukan secara hati-hati. Dia berharap batuan purba yang sudah tersingkap di lokasi tambang tak dirusak.

“Saya bukan antijalan tol karena itu penting bagi masyarakat. Tetapi, ketika melakukan pengambilan [penambangan], perlu bijaksana dalam mengambil termasuk jangan sampai ada masalah lingkungan,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya