Soloraya
Rabu, 29 November 2017 - 07:35 WIB

Bau Tak Sedap Kembali Ganggu Warga Sekitar PT RUM Sukoharjo

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warga tiga desa, yakni Desa Plesan, Gupit dan Celep, Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo menggelar aksi damai ke PT RUM menuntut penghilangan bau busuk, Kamis (26/10/2017). (Trianto Hery Suryono/JIBI/Solopos)

Warga sekitar PT RUM Sukoharjo kembali terganggu dengan bau tak sedap.

Solopos.com, SUKOHARJO — Masyarakat sekitar pabrik PT Rayon Utama Makmur (RUM), Kecamatan Nguter, Sukoharjo, kembali merasa terganggu dengan bau tak sedap yang diduga berasal dari limbah pabrik tersebut.

Advertisement

Mereka berencana mengadakan aksi damai lagi pada Kamis (30/11/2017). Warga yang menggelar aksi menamakan diri Forum Komunikasi warga Desa Plesan Gupit Celep dan Pengkol (PGCP). (Baca: Ratusan Warga 3 Desa di Nguter Pertanyakan Bau Tak Sedap dari PT RUM

Ada dua tuntutan yang diajukan yakni memohon PT RUM selama belum bisa mengendalikan limbah udara agar tidak beroperasi dulu, dan kedua, meminta jawaban atas surat yang telah dikirimkan ke PT RUM. Pernyataan itu tertuang dalam surat yang ditandatangani koordinator warga, Ari Suwarno.

Advertisement

Ada dua tuntutan yang diajukan yakni memohon PT RUM selama belum bisa mengendalikan limbah udara agar tidak beroperasi dulu, dan kedua, meminta jawaban atas surat yang telah dikirimkan ke PT RUM. Pernyataan itu tertuang dalam surat yang ditandatangani koordinator warga, Ari Suwarno.

Salah seorang warga Sukoharjo Kota, Susanto, Selasa (28/11/2017), menyatakan sepekan lalu mencium bau tak sedap saat melintas ruas jalan Begajah-Sukoharjo Kota. Penanggung jawab aksi, Brian Rangga Antoni, membenarkan aksi akan dilakukan lagi. “Bau limbah semakin menyengat,” katanya.

Dia menyatakan surat dari forum kepada PT RUM, di antaranya menyebut limbah hasil produksi masih mengalir ke sungai sekitar pabrik dan telah merusak ekosistem sungai. Jika PT RUM akan melakukan produksi harus membuat informasi tertulis kepada warga sekitar selambat-lambatnya tujuh hari sebelum produksi.

Advertisement

Kapolsek menyatakan surat pemberitahuan aksi sudah diterima. Aksi akan dilaksanakan Kamis. (Baca: Pabriknya Didemo karena Cemari Lingkungan, Ini Penjelasan Presdir PT RUM Sukoharjo)

Sementara itu, Dirut PT RUM, Mochamad Rachmat, menyatakan siang hari bau ada tetapi tidak menyengat. Hal senada disampaikan pejabat HRD PT RUM, Haryo Ngadiyono.

“Kalau bau, namanya pabrik ada bau tapi tidak menyengat.”

Advertisement

Pada 6 November lalu di hadapan pers, Dirut PT RUM Sukoharjo, Mochamad Rachmat, menjelaskan PT RUM sudah memenuhi delapan kesepakatan dengan warga. Kesepakatan itu muncul sebagai buntut aksi damai warga tiga desa ke pabrik tersebut beberapa waktu lalu.

Didampingi Manajer Sumber Daya Manusia PT RUM Haryo dan Institutional Relation Bintoro Dibyoseputro saat itu, Rachmat mengatakan seusai aksi damai manajemen perusahaan telah memeriksa kesehatan 33 warga terdampak.

“CSR [coorporate social responsibility] nantinya dikembalikan kepada masyarakat. Saat ini pabrik belum berproduksi tetapi CSR sudah diberikan kepada masyarakat,” ujarnya.

Advertisement

Rachmat menegaskan ke depan limbah terbuang dari pabrik dalam kondisi bersih. “Alat detektor limbah sudah dipesan dan akan dipasang di titik luar pabrik. Sementara soal Amdal adalah produk pemerintah sehingga PT RUM mengikuti aturan dan tidak akan membuang limbah sembarangan. Alat detektor limbah nanti akan bisa mendeteksi limbah yang keluar dari cerobong.”

Pada bagian lain, Rachmat menjelaskan ada semacam embung di lokasi pabrik. Lokasi penampungan air atau embung lebih tinggi 30 meter dibanding ketinggian ruang pertemuan di depan pabrik.

“Maksudnya jika terjadi penyumbatan saluran air dari penampungan bisa digelontorkan air untuk membersihkan sumbatan di saluran-saluran tersebut.”

Pejabat Institutional Relation, Bintoro Dibyoseputro, menjelaskan uji coba produksi terus dilakukan hingga peresmian pabrik. Dia mengakui operasional PT RUM terlambat.

“Seharusnya tahun ini sudah beroperasi tetapi karena terkendala pemenuhan mesin pengolahan limbah berteknologi tinggi jadi molor. Mudah-mudahan tahun depan sudah bisa dioperasikan,” jelasnya.

Bintoro mengakui bau limbah yang belum terolah seperti kotoran manusia. “Kami minta maaf terhadap masyarakat sekitar pabrik. Warga sekitar pabrik itu menjadi satu keluarga sehingga mohon maaf apabila uji coba pengolahan limbah masih mengeluarkan bau. Bau itu timbul dari amoniak yang belum masuk ke pipa pengolahan. Ibarat pesawat terbang baru sehingga selama uji coba standard operating procedure [SOP] harus dijalankan. Namun terkadang masih ada trouble.”

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif