SOLOPOS.COM - Bayi Naufal di pangkuan ibunya (Kurniawan/JIBI)

Solopos.com, SUKOHARJO–Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sukoharjo tengah mengupayakan supaya Naufal Karim Al Fatih, bayi umur delapan bulan penderita kelainan fungsi hati bisa masuk program Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan (BPJS).

Bila benar bisa masuk, kendala biaya transplantasi hati Naufal bisa teratasi. Sebab BPJS bisa mengkaver 100 persen biaya operasi dan pengobatan Naufal. Penjelasan tersebut disampaikan Kepala DKK Sukoharjo, Guntur Subiyantoro saat dihubungi Solopos.com, Minggu (29/12/2013).

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

“Saar ini yang akan kami lakukan adalah memasukkan Naufal ke program BPJS. Bila sudah masuk nanti, biaya pengobatan Naufal bisa ditanggung 100 persen. Sebab aturannya memang begitu,” katanya. Namun menurutnya masih ada kendala lain penanganan medis terhadap Naufal.

Guntur menerangkan persoalan tersebut yakni usia Naufal yang baru delapan bulan. Secara media, menurut dia, bayi yang belum berusia satu tahun belum bisa menjalani operassi transplantasi hati. Artinya, Naufal harus bisa bertahan selama lebih kurang empat bulan ke depan.

Untuk menjaga kondisi Naufal tetap baik hingga berumur satu tahun, Guntur meminta orang tua Naufal menghentikan konsumsi ramuan hherbal. Selanjutnya, dia menyarankan orang tua Naufal disiplin menggunakan obar-obatan dari dokter. “Jangan lagi pakai herbal,” imbuhnya.

Ihwal opsi pemeriksaan ulang kondisi Naufal, menurut Guntur tidak harus dilakukan. Catatan medis dari dokter dan rumah sakit sebelumnya bisa digunakan sebagai pegangan. Sedangkan soal organ hati yang dibutuhkan untuk operasi transplantasi, menurut dia jadi tanggung jawab RS yang akan melakukan operasi tersebut.

Salah satu RS yang dinilai mampu melakukan operasi transplantasi hati adalah RS dr Cipto Mangunkusumo Jakarta. Sementara Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Sukoharjo, Iskandar mengatakan kondisi kelainan fungsi hati bisa disebabkan oleh virus toksoplasma.

Spora virus ini banyak ditemukan pada binatang seperti kucing. Dia menyarankan para calon ibu supaya melakukan pemeriksaan laboratorium sebelum memulai program kehamilan. Tujuannya untuk mengantisipasi risiko paling buruk dari serangan virus toksoplasma.

Risiko buruk serangan virus toksoplasma yaitu keguguran saat masa kehamilan, kecacatan pada bayi dan berbagai jenis penyakit bawaan. “Makanya sebenarnya lebih bagus bila calon ibu memeriksakan kondisi kesuburan mereka ke dokter melalui uji laboratorium,” katanya.

Selain masuk melalui binatang peliharaan, virus toksoplasma juga menyerang melalui masakan setengah matang seperti lalapan. Fakta tersebut belum diketahui luas para calon ibu dan bapak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya