Indah Septiyaning Wardani / Kaled Hasby Ashshidiqy | SOLOPOS.com
SOLOPOS.COM - Produk UMKM dipamerkan dalam acara Talkshow UMKM Jooss di Gedung DPRD Karanganyar pada Rabu (31/8/2022). (Solopos.com/Indah Septiyaning Wardani)
Solopos.com, KARANGANYAR — Pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Kabupaten Karanganyar mulai ketir-ketir terkait rencana pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi pertalite. Mereka khawatir kenaikan harga BBM akan memukul usaha yang baru saja bangkit imbas pandemi Covid-19.
Warga Cerbonan, Kecamatan Karanganyar, Tuti Haryanti, 55, mengaku usaha karak yang dilakoninya sudah terdampak kenaikan harga minyak goreng. Kini, pemerintah berniat menaikkan harga BBM. Secara otomatis kenaikan harga BBM akan memicu kenaikan harga komoditas lain dan membuat usahanya semakin terpukul.
“Kita baru saja bangkit dari Corona. Lalu kemarin terdampak harga minyak goreng. Sekarang pertalite akan dinaikkan bisa-bisa gulung tikar,” keluhnya kepada Solopos.com, Rabu (31/8/2022).
Sejak kenaikan harga minyak goreng, dia mengaku terpaksa menaikkan harga jual. Selain itu, dia juga mengurangi takaran untuk menutup biaya operasional. “Beraninya naik Rp500 saja. Misal satu bungkus dulu Rp2.000 sekarang Rp2.500. Kalau nanti BBM naik, kita belum tahu naik berapa,” katanya. Kenaikan harga produk tentunya berimbas pada berkurangnya permintaan.
Baca Juga: Olah Ikan Gabus, UMKM Jamu Karanganyar Sukses Jual 10.000-an Produk per Bulan
Hal senada disampaikan pelaku UMKM asal Jatipuro, Retno Kumala. Dia khawatir usahanya yang sudah dilakoni sejak 10 tahun lalu bisa terpuruk dengan kenaikan harga BBM. “Saya jualan keripik jamur, bayam, dan lainnya. Sekarang sudah kena imbas kenaikan harga minyak goreng,” katanya.
Kenaikan harga BBM akan memberikan dampak signifikan terhadap biaya produksi. Dimungkinkan kenaikan harga barang tidak terelakkan. Dia meminta kepada Pemerintah agar mengkaji secara matang jika benar-benar ingin menaikkan harga BBM. Salah satunya dengan perhatian lebih kepada pelaku UMKM.