Soloraya
Rabu, 21 Desember 2022 - 13:19 WIB

Begini Keseruan Ibu-Ibu Petani Panen Raya Cabai di Lereng Merapi Boyolali

Nova Malinda  /  Ika Yuniati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ibu-ibu Petani Desa Sangup memanen cabai di lahan pertanian demplot seluas 2.500 hektar, Rabu (21/12/2022). (Solopos.com/Nova Malinda).

Solopos.com, BOYOLALI Puluhan petani perempuan memanen cabai rawit hijau di lahan seluas 2.500 meter di Desa Sangup, Kecamatan Tamansari, Rabu (21/12/2022).

Sambil berbincang, mereka tampak semringah saat memetik cabai rawit hijau dan putih saat panennya kali ini. Salah satu penduduk setempat, Murtiyem menceritakan sudah tiga kali dalam satu masa panen dirinya bersama ibu-ibu memanen cabai rawit.

Advertisement

“Ini sudah ke tiga kalinya, terakhir panen rabu kemarin, ada sekitar 40 kilogram (kg) kemarin yang dipanen,” ucapnya sembari memetik cabai.

Sebelumnya, Murtiyem bersama ibu-ibu bisa memanen 40 kg cabai rawit di lahan demplot itu. Sementara, dalam satu masa panen, mereka bisa memanen hingga tujuh kali, untuk satu kali tanaman cabai.

Di Desa Sangup, masa panen petani cabai dilakukan sekitar dua kali dalam setahun. Sementara, mengenai harga jual cabai kepada tengkulak terbaru, Murtiyem mengatakan untuk cabai rawit hijau dijual sekitar Rp25.000/kg dan cabai rawit putih dijual sekitar 17.000/kg.

Advertisement

Baca juga: Harga Cabai Rawit di Wonogiri Rp95.000/Kg, Konsumen Hanya Beli 15 Buah

Panen raya cabai rawit oleh ibu-ibu di Desa Sangup tersebut merupakan proyek demplot cabai penduduk setempat yang bekerja sama dengan PT Pupuk Indonesia.

Saat ditanya waktu tanamnya oleh Solopos.com, Murtiyem mengaku mulai menanam cabai sekitar tiga bulan lalu. “Mulai tanam sekitar September lalu,” terangnya.

Selama proses penanaman hingga panen, ibu-ibu didampingi langsung oleh PT Pupuk Indonesia bersama tim penyuluh kecamatan setempat.

Advertisement

Account Executive Pupuk Indonesia Perwakilan Kabupaten Boyolali, Gunawan menerangkan, demplot cabai di Desa Sangup merupakan kegiatan Farm Field Day yang dilakukan Pupuk Indonesia untuk memberdayakan para petani sekitar agar memanfaat pupuk secara berimbang.

“Kegiatan demplot ini diinisiasi oleh PT Pupuk Indonesia dalam rangka mendukung peningkatan produksi pertanian, dalam hal ini komoditas cabai di Kecamatan Tamansari,” kata dia saat ditemui di sela panen.

Baca juga: Mahal Mak, Grosir Cabai Rawit di Solo Harganya Masih Rp95.000/Kg

Gunawan menjelaskan kegiatan demplot cabai yang diikuti sekitar 70 orang perempuan.

Advertisement

Mereka berkoordinasi dengan tim PT Pupuk Indonesia dan dewan penyuluh pertanian Kecamatan Tamansari, mulai dari proses uji tanah hingga rekomendasi penggunaan pupuk.

Gunawan menerangkan para petani juga mendapat dukungan pupuk dan obat-obatan saat proses menanam cabai.

“Kami support juga pupuknya, pestisidanya. Kami juga support dalam hal pengadaan uji tanah, jadi sebelum melakukan demplot kami cek dulu tanah di wilayah sini, agar sesuai kadar pupuk dan penggunaan tanah nantinya,” jelas dia.

Menurut Gunawan, Desa Sangup punya komoditas unggulan cabai rawit yang bisa dikembangkan. Hal itu menjadi salah satu alasan PT Pupuk Indonesia menginisiasi pelaksanaan demplot cabai di tempat itu.

Advertisement

Baca juga: Cabai Rawit Merah Jadi Sasaran Pencurian di Sragen, Pelakunya Emak-Emak

“Selain itu, demplot ini juga atas dari usulan-usulan kelompok petani setempat,” jelasnya.

Sementara, mengenai hasil panennya, kata Gunawan, cabai rawit yang telah dipanen diserahkan kepada penduduk setempat.

Gunawan menjelaskan, kegiatan demplot tersebut juga dilakukan di wilayah-wilayah lain di Kabupaten Boyolali dengan komoditas yang berbeda, misalnya demplot padi dan sawah. Program demplot tersebut merupakan program berkelanjutan dari PT Pupuk Indonesia.

“Kegiatan demplot seperti ini akan diagendakan terus setiap tahun,” terangnya.

Camat Tamansari, Suyanta menanggapi dengan positif panen raya cabai oleh petani di Desa Sangup. Menurutnya, Desa Sangup punya lahan lebih dari 30 hektar yang punya potensi menghasilkan cabai.

Advertisement

Baca juga: Cabai Rawit Tembus Rp120.000/Kilogram, Ini Bentuk Intervensi Bapanas

“Di sini [Desa Sangup], sebenarnya sudah sejak dulu, pertanian cabai rawit itu termasuk sentranya, kalau dikumpulkan mungkin bisa 30 ha lebih potensinya di sini,” kata dia usai di sela panen.

Menurut Suyanta, para petani di daerah Lereng Merapi cukup mengeluhkan keberadaan monyet-monyet yang menyerang hasil pertanian. Hanya komoditas cabai tidak digemari oleh monyet.

“Dulu banyak petani yang budidaya tanaman sayur, kebanyakan sekarang beralih ke tanaman cabai. Di samping itu juga, dengan banyak kematian tanaman cengkeh yang dulu akibat bencana merapi,” kata dia.

Suyanta mengatakan cabai saat ini menjadi komoditas andalan para petani di desa-desa Lereng Merapi. “Hampir semua desa di wilayah Tamansari, petaninya menanam cabai, hanya luasannya tidak maksimal,” terangnya.

Baca juga: Harga Cabai Meroket Di Mana-Mana, Segini Harganya Di Pasar Kota Solo

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif