SOLOPOS.COM - Pengguna jalan melintas di depan Bank Jateng Boyolali. Dulunya, area tersebut merupakan bioskop Sonosudoro Theater. Foto diambil beberapa waktu lalu. (Solopos.com/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI — Anak era 1980-an di pusat pemerintah Kabupaten Boyolali sudah tidak asing dengan bioskop Boyolali Theater dan Sonosudoro Theater. Dua bioskop pada era tersebut ternyata menyimpan cerita tersendiri bagi orang-orang yang pernah menonton di sana.

Salah satunya Lurah Siswodipuran, Edi Pudjijanto yang lahir di Siswodipuran, Kecamatan Boyolali pada 1974 silam. Ia mengatakan harga tiket menonton film di bioskop Boyolali pada 1980-an masih di bawah Rp300. Jelang berakhirnya masa beroperasional kedua bioskop pada 1998, harga tiket mencapai Rp1.500-Rp3.000.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Edi menceritakan pada saat itu, uang sakunya tidak memungkinkan untuk membeli tiket bioskop. Sehingga beberapa trik agar bisa tetap nonton di bioskop ia lakukan. Ia menceritakan pernah menonton bioskop lewat lubang pintu bioskop.

“Kadang layar hitamnya [pembatas pintu dan kursi bioskop] tidak ditutup. Jadi bisa nonton di sana. Terus tiap Jumat itu ada extra show, jadi khusus hari itu bisa menukar tiket dengan lima bungkus rokok tertentu, jadi saya waktu kecil mencari bungkus rokok buat nonton film,” tutur Edi kepada Solopos.com, Sabtu (17/6/2023).

Lantaran lokasi rumahnya juga dekat dengan Pasar Boyolali, setiap ada kesempatan, Edi mencari bungkus rokok di sana. Selain itu, trik lain yang Edi gunakan adalah dekat dengan para penjaga bioskop.

Saat pintu bioskop akan ditutup, biasanya penjaga yang ia kenal akan membantu dia dan teman-temannya untuk masuk. Menurutnya, kenangan tersebut sangat berkesan untuknya.

Selain itu, trik lainnya yang ia pakai yaitu dengan membalik salah satu tiket yang berada di tengah tumpukan tiket lainnya.

“Semisal saya beli tiga tiket begitu, nanti tiket yang tengah saya balik. Pas disobek sama penjaganya kan setengah dibawa dia, setengahnya saya. Jadi yang ditengah secara enggak sadar yang dikasih ke saya itu bagian yang seharusnya dibawa penjaga, nanti saya sambung lagi dengan bagian yang lain,” terang dia sambil tertawa.

Promosi film bioskop di Boyolali pada era itu juga berbeda dengan sekarang, Edi menceritakan dulu ada sebuah mobil pikap yang dihias poster film.

Mobil itu berkeliling dengan toa mempromosikan film terbaru. Ada juga leaflet tentang film terbaru yang tersebar. Anak-anak pada saat itu, termasuk dirinya, ikut mengejar mobil agar diberikan leaflet film oleh petugas promosi.

“Saksikanlah film berjudul ini, diputar pukul segini, di sini,” terang Edi sambil menirukan suara toa promosi film pada saat itu.

Hal tersebut juga menjadi memori tersendiri bagi Ody Dasa. Pria kelahiran 1976 itu mengaku pindah ke wilayah Pulisen Boyolali pada 1985. Ia juga masih mengingat tentang adanya mobil promosi film yang akan diputar di bioskop Boyolali.

Ody mengingat juga sering mengumpulkan leaflet promosi film pada saat itu. Ia mengatakan kualitas kertas leaflet promosi film pada saat itu tebal, seperti kertas yang digunakan untuk kalender, berukuran setengah folio, dan cetakan full-colour.

Waktu itu ia juga pernah menonton midnight show di malam hari. Pada saat itu juga ada undian doorprize di midnight show sehingga menonton film pada malam hari juga ramai. Ody mengingat pertama kali menonton film bersama sang ayah.

“Pas saya nonton pertama di midnight show, pernah dapat tas olahraga. Nontonnya di Boyolali Theater, suasananya dulu masih bagus,” kata dia.

Beberapa film yang ia pernah tonton di sana seperti Shaolin Temple, Saur Sepuh, dan film propaganda orde baru.

Aktor-aktris yang terkenal pada saat itu seperti Jackie Chan, Amitabh Bachchan, Suzana, dan lain-lain.

Pada saat ia SMP dan SMA sekitar 1995-an. Kedua bioskop tersebut masih aktif beroperasi akan tetapi sudah tidak setenar dulu.

Dingdong yang dulunya ada di belakang Sonosudoro juga sudah tidak ramai. Mobil promo saat tahun itu juga sudah tidak beroperasi lagi.

“Setelah itu, saya belajar di Bandung, jadi sudah tidak mengikuti lagi,” kata dia.

Sebelumnya diberitakan, berakhirnya era bioskop di Boyolali yaitu pada 1995-1998. Saat itu, VCD merajalela sehingga masyarakat mulai meninggalkan kebiasaan menonton film di bioskop.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya