SOLOPOS.COM - Umat Hindu berdoa di Pura Indra Prasta Kampung Mutihan RT 005/RW 011, Kelurahan Sondakan, Kecamatan Laweyan, Solo, Jateng, Minggu (14/3/2021). (Solopos.com-Wahyu Prakoso)

Solopos.com, SOLO — Terik matahari menyengat kulit siang itu di Pura Indra Prasta, Kampung Mutihan RT 005/RW 011, Kelurahan Sondakan, Kecamatan Laweyan, Kota Solo, Jawa Tengah, Minggu (14/3/2021). Sepanjang perjalanan mengendarai sepeda motor di dalam kampung, warga beraktivitas seperti biasa.

Solopos.com berhenti begitu sampai di bantaran sungai atau tepatnya di depan Pura Indra Prasta Solo. Sejumlah sepeda motor terparkir di area parkir pura tersebut.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Pemilik kendaraan merupakan umat Hindu yang melakukan catur brata Nyepi. Warga setempat yang menyadari kehadiran Solopos.com yang datang bersama satu personel Linmas Sondakan memberikan kesempatan untuk masuk bangunan.

Baca Juga: Ramalan Bintang Maret 2021: Ini Karier dan Cinta Zodiak Anda!

Rupanya umat Hindu terbuka menerima wartawan ketika melaksanakan catur brata penyepian. Kerincingan suara genta menyebar ke seluruh ruang Pura Indra Prasta sekitar pukul 12.00 WIB.

Suara tersebut dibunyikan oleh seorang pemangku Pura Indra Prasta yang sedang sembahyang rutin. Umat Hindu melakukan sembahyang rutin tiga kali sehari yaitu pukul 03.30 WIB sampai  06.00 WIB, pukul 12.00 WIB sampai 14.00 WIB, dan Pukul 18.00 WIB sampai 20.00 WIB. Suara genta supaya memusatkan pikiran umat Hindu dalam berdoa.

Ada 10 umat Hindu yang melaksanakan catur brata Nyepi di Pura Indra Prasta. Mereka melakukan doa bergiliran setelah pukul 12.00 WIB. Mereka tidak bekerja (amati karya), tidak menyalakan api (amati geni), tidak bepergian (amati lelungan), dan tidak bersenang-senang (amati lelangonan)  mulai pukul 06.00 WIB selama 24 jam.

Baca Juga: Landainya Kasus Covid-19 Bikin Tesla Makin Yakin Bikin Pabrik di India

Salah satu mahasiswa Program Studi Fisioterapi Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri, Krishnadevi, 21, kali pertama melaksanakan catur brata tanpa keluarga. Dia sedang menjalani pelatihan kerja lapangan di Solo selama satu bulan dan baru berjalan dua pekan ini.

Kris, sapaan akrabnya, menjelaskan tradisi keluarga saat Nyepi dengan berkumpul, menyekar ke makam leluhur, dan catur brata. Walaupun pandemi Covid-19 sudah ada pada Hari Raya Nyepi tahun lalu, dia masih bisa berkumpul dengan keluarga saat itu.

“Makna tahun ini saya bisa kenal orang baru. Orang di sini baik-baik, kemarin tawur agung di sini sekalian minta izin ingin Nyepi di sini. Di Solo kan hanya sebulan, ngapain pulang,” kata dia kepada Solopos.com.

Baca Juga: Wow, Siswa MIN 2 Sukoharjo Juggling Bola 1.216 Kali dalam 10 Menit!

Warga Blitar tersebut mengatakan, membawa sejumlah buku untuk belajar dan mengerjakan tugas di sela-sela catur brata. Membaca buku merupakan kebiasaan selama Nyepi di rumah. “Jangan sampai Nyepi malah malas-malasan, kalau malas-malasan makna hari raya bisa hilang,” ungkapnya.

Pura Indra Prasta, Mutihan Solo, umat Hindu, catur brata
Umat Hindu di Pura Indra Prasta Kampung Mutihan RT 005/RW 011, Kelurahan Sondakan, Kecamatan Laweyan, Solo, Minggu (14/3/2021). Sebanyak 10 umat Hindu melakukan catur brata penyepian sejak Minggu pagi. (Solopos.com-Wahyu Prakoso)

Nyepi Tanpa Keluarga

Pengalaman pertama catur brata tanpa keluarga juga dialami mahasiswa Pascasarjana Manajemen Farmasi Universitas Setia Budi, Gede Trima Yasha, 27. Dia tidak pulang ke Kabupaten Bangli, Bali karena situasi Covid-19.

“Kalau Nyepi di Bali kembali lagi sesuai desa masing-masing. Pada umumnya daerah saya tidak boleh bepergian, tidak bekerja, tidak menyalakan api, dan tidak boleh bersenang-seneng. Introspeksi diri dan mendekatkan diri kepada keluarga. Biasanya keluarga kami ngobrol atau musyawarah,” paparnya.

Baca Juga: Jelang Piala Menpora, PSIS Semarang Tak Panggil Pemain di Luar Negeri

Walau tanpa keluarga, dia bersyukur mendapatkan keluarga baru di Pura Indra Prasta. “Buat saya sendiri Nyepi tahun ini mengajarkan untuk menghargai kebersamaan karena tidak selalu kita punya waktu bersama,” kata dia.

Ketua Parisada Hindu Darma Indonesia Kota Surakarta, Ida Bagus Komang Suarnawa, jumlah umat Hindu Pura Indra Prasta sekitar 500 orang yang tersebar di lima kecamatan. Umat boleh melakukan catur brata nyepi di rumah atau di Pura Indra Prasta dengan melakukan diskusi keagamaan.

Menurut dia, umat yang berdomisili di RW 011 Kelurahan Sondakan sekitar satu keluarga saja. Semua rangkaian ibadah Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1943, antara lain melasti, tawur agung, dan catur brata tetap berjalan namun dengan menerapkan pembatasan dan protokol kesehatan Covid-19.

Baca Juga: Ini Keunggulan Bengalore Penyebab Elon Musk Bikin Pabrik Tesla di India

“Tawur agung biasanya kami lakukan di Prambanan, dilanjutkan di sini. Kami lakukan di sini saja dengan 50 orang. Sesajen memakai ayam blorok. Tujuannya untuk menetralisir makhluk kosmos dan mikro kosmos supaya tidak mengganggu manusia yang melakukan catur brata penyepian,” paparnya.

Menurut dia, umat Hindu melakukan introspeksi diri selama Tahun Saka 1942 apakah sesuai dengan ajaran Agama Hindu, yaitu tri kaya parisudha, berupa introspeksi berpikir yang baik dan benar, berucap yang baik dan benar, serta introspeksi bertingkah laku yang baik dan benar.

“Dalam melaksanakan catur brata penyepian kami tingkatkan toleransi untuk mempererat kebersamaan dalam persatuan dan kesatuan NKRI. Kami perangi pandemi ini bersama-sama,” paparnya.

KLIK dan LIKE untuk lebih banyak berita Solopos

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya