SOLOPOS.COM - Sekretaris DPW Barikade 98 Jawa Timur (Jatim), M Annis Saumiyanto. (Istimewa)

Solopos.com, SOLO — Barikade 98 Jatim memberikan pembelaan kepada Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka, yang disebut anak ingusan oleh politikus senior PDIP Panda Nababan. Meski masih muda, Gibran dinilai telah banyak berprestasi.

Salah satunya mengubah Kota Solo menjadi lebih baik di banyak sektor atau bidang pembangunan.  Tidak hanya pembenahan infrastruktur, yang tidak kalah penting adalah peningkatan taraf hidup masyarakat Solo.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Hal tersebut disampaikan Sekretaris DPW Barikade 98 Jawa Timur (Jatim), M Annis Saumiyanto, melalui siaran pers yang diterima Solopos.com, Minggu (2/7/2023).

“Gibran sebagai Wali Kota Solo telah banyak mengubah kota menjadi lebih baik. Gibran telah mengubah cara memimpin yang dulu kolot, birokratis yang bertele-tele, slow response, monoton, menjadi sebaliknya,” ungkap dia.

Annis menilai pernyataan tokoh senior PDIP, Panda Nababan, yang menyebut Gibran sebagai anak ingusan merupakan buah dari pemikiran yang kolot. Justru, menurut dia, Panda lah yang gagap dengan realitas politik kaum muda yang mampu menunjukkan prestasi mereka.

“Menurut saya itu adalah gaya kolot politikus gaek yang tergagap melihat realitas politik kaum muda yang diperspektifkan dengan zaman yang sangat tidak relevan. Republik ini dibangun oleh anak-anak muda yang berani memimpin saat negara lahir,” urai dia.

Para pemuda, menurut Annis, mampu membuat konsep bernegara, memimpin, dan menjalankan negara ini melewati sekian banyak tantangan yang berat. Sehingga, dia melanjutkan sampai detik ini apa yang sudah dipikirkan dan dikerjakan para pemuda dari awal kemerdekaan menjadi fondasi kokoh negara.

“Jangan meremehkan kaum muda dengan pemikiran, kepemimpinan, dan gaya berpolitiknya. Tapi lihatlah hasil yang dikerjakan,” ujar dia.

Aspek Rasionalitas

Annis mengingatkan pembatasan berpolitik kepada setiap bagian masyarakat, termasuk kawula muda tidak bisa dilakukan. Kaum senior juga tidak bisa mengklaim sebagai pemilik atau pelaku utama politik. Setiap elemen masyarakat punya hak yang sama.

“Sejauh mereka menyentuh dalam makna kemaslahatan kolektif, adalah wajar menjadi kesadaran bersama, tidak dibiarkan dan dikelola begitu saja oleh politikus yang hanya bicara soal siapa dapat apa, berapa, kapan, di mana dan bagaimana,” tutur dia.

Annis menyarankan agar ketika mengkritik tentang sesuatu hal hendaknya dibekali dengan pengetahuan yang cukup. Aspek rasionalitas dalam sebuah kritik tidak boleh diganggu dengan emosionalitas yang meluap dan kepentingan politik.

“Sebab kritisisme adalah produk filsafat yang langka. Untuk soal kematangan mental itu, sama dengan perasaan kita pada soal politik, seringkali tidak memedulikan usia, profesi, dan ras. Dia selalu muncul dalam ketidakseimbangan penilaian,” kata dia.

Annis menyarankan Panda Nababan untuk lebih banyak bergaul dan berkumpul dengan anak-anak muda. Sebab sejarah mencatat, pemuda selalu menjadi motor perubahan sebuah bangsa. “Tidak hanya bicara di etalase elit politik saja,” kata dia.

Seperti diketahui, politikus senior, Panda Nababan, belum lama ini, menyebut Wali Kota Solo yang juga putra sulung Presiden Jokowi masih anak ingusan sehingga belum layak menjadi kandidat dalam Pilpres 2024. Pernyataan itu menjadi kontroversi dan Gibran pun banjir dukungan dari berbagai pihak, khususnya kaum muda dari berbagai kalangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya