SOLOPOS.COM - Selter Gladak Langen Bogan (Galabo). (Dok/JIBI/Solopos)

Total Omzet seluruh restoran di Solo mencapai Rp310 miliar dalam setahun.

Solopos.com, SOLO — Perputaran uang yang dibelanjakan untuk kuliner di Kota Solo selama setahun mencapai sedikitnya Rp310 miliar. Hal itu merujuk pada pendapatan yang diterima Pemkot dari pajak restoran.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Selama 2016, Badan Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPPKAD) mencatat realisasi pajak restoran mencapai Rp31 miliar. Pajak tersebut melesat dari target Rp26,5 miliar.

“Pajak ini besarnya 10 persen dari omzet. Artinya, omzet yang dimiliki restoran mencapai Rp310 miliar,” kata Kepala BPPKAD Solo Yosca Herman Soedrajat saat ditemui wartawan di ruang kerjanya, Selasa (24/1/2017).

Jumlah tersebut menunjukkan perputaran uang di bisnis kuliner di Kota Solo selama ini sangat besar. Omzet restoran setara dengan banyaknya uang yang dibelanjakan masyarakat untuk makan di Kota Bengawan.

“Itu baru dihitung restoran dan rumah makan saja yang terdata ada 872 restoran. Jadi belum dengan omzet pedagang kaki lima [PKL],” kata dia.

Padahal, banyak rumah makan tradisional dan PKL yang memiliki omzet tinggi namun tidak masuk wajib pajak (WP) restoran. Pemkot hanya memungut retribusi dari PKL tersebut.

Herman menyakini perputaran uang di bisnis kuliner lebih dari Rp310 miliar. Selama ini, Kota Solo memang dikenal sebagai kota pelesir. Selain kaya dengan peninggalan budaya, Solo terkenal dengan keragaman kulinernya.

Banyak orang datang ke Solo hanya untuk jajan. Dia yakin kebanyakan masyarakat yang belanja kuliner merupakan para pelancong. Sebagian lagi masyarakat sekitar yang memilih makan di luar sebagai selingan.

“Bisnis kuliner tumbuh pesat beberapa tahun ini. Pesatnya pertumbuhan bisnis kuliner berimbas pada pendapatan asli daerah [PAD] dari pajak restoran,” katanya.

Tahun ini, Pemkot menaikkan target pengumpulan pajak restoran menjadi Rp28 miliar. Hal ini melihat potensi pajak restoran yang sangat besar. Dia yakin target tersebut bakal terlampaui tahun ini.

Wakil Wali Kota (Wawali) Solo, Achmad Purnomo, mengatakan kuliner memang merupakan daya tarik utama Kota Solo sebagai tujuan wisata. Karena itu, Pemkot terus menggencarkan promosi wisata Solo ke luar negeri dan kuliner menjadi salah satu daya tariknya.

Salah satu promosi yang dilakukan melalui kerja sama dengan beberapa kedutaan asing di Indonesia, seperti Amerika Serikat, Jepang, Austria, dan lain sebagainya. Pemkot hanya mengandalkan bidang jasa dan kuliner sebagai destinasi wisata di Kota Solo.

Untuk memanjakan lidah para pencinta kuliner, Pemkot bahkan telah membangun dua sentra kuliner, yakni Gladak Langen Bogan (Galabo) dan sentra kuliner Pucangsawit. Namun, yang perlu diperhatikan saat ini, menurutnya, bagaimana mempertahankan sisi kualitas kebersihan, layanan, serta harga.

“Informasi harga sangat penting. Penjual makanan hanya memiliki daftar harga sehingga pelanggan tidak dikepruk harga tinggi,” katanya.

Tren kunjungan wisatawan untuk menikmati kuliner di Solo diperkirakan juga akan terus meningkat. Tren ini tentu disertai jumlah restoran maupun rumah makan baru yang terus bertambah.

Kondisi inilah yang membuat Solo dinobatkan menjadi salah satu kota destinasi wisata kuliner di Indonesia. Hal ini lantaran Solo memenuhi lima kriteria yang ditetapkan Pemerintah.

Kelima kriteria itu meliputi kelayakan produk dan daya tarik utama, kelayakan pengemasan produk dan event, kelayakan pelayanan, kelayakan lingkungan, dan kelayakan bisnis. “Jadi bukan secara tiba-tiba Solo ditunjuk sebagai kota destinasi wisata kuliner. Namun karena Solo memenuhi lima kriteria itu,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya