SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Boyolali (Espos)–Hampir seluruh sekolah dasar di Kecamatan Mojosongo yang mendapat bantuan dana alokasi khusus (DAK) menjadi korban pemerasan oknum yang mengaku dari LSM dan wartawan. Masing-masing sekolah yang menjadi korban dimintai uang berkisar Rp 300.000- Rp 350.000 oleh oknum yang berjumlah sekitar lima orang dengan alasan biaya monitoring.

Hal tersebut dibenarkan Camat Mojosongo, Ning Martuti, Jumat (30/10). Menurutnya ada sekitar 16 SD di Mojosongo yang menjadi korban oknum tersebut. Hanya SDN Kemiri I saja yang tidak karena kepala sekolahnya berani menolak.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

“Banyak kepala sekolah yang mengeluhkan adanya oknum tersebut saat kami melakukan monitoring dan evaluasi,” papar Ning di Mojosongo.

Modus operandi yang mereka lakukan dengan berpura-pura menjadi tim monitoring dan evaluasi. Agar tampak meyakinkan, setiap mereka datang sambil membawa berkas berisi pertanyaan (questionnaire). Kepada pihak sekolah mereka mengatakan bahwa melakukan monitoring sebanyak lima kali.

Namun dalam pertemuan  pertama mereka sudah “menembak” pihak sekolah dengan mengatakan Monev cukup dilakukan sekali. Tapi konsekuensinya pihak sekolah harus membayar sejumlah uang kepada mereka.

“Disinyalir tidak dilakukan di Mojosongo saja, namun juga di kecamatan lain seperti di Teras. Saya sudah laporkan ini ke Bupati, kalau masih ada saya akan laporkan ke polisi,” sambung Ning.

Terpisah, Ketua Forum Komunikasi Wartawan Boyolali, Edi Sutejo mengaku gerah dengan tindak-tanduk yang dilakukan oknum mengaku wartawan namun media tak jelas. Menurutnya, tindakan tersebut bisa digolongkan tindak kriminal.

kha

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya