SOLOPOS.COM - Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Wonogiri, Guruh Santoso dan jajaran Muspika Selogiri menerima keluhan para petani mengenai kesulitan membeli solar subsidi di kantor kecamatan tersebut, Senin (1/4/2013). (Tika Sekar Arum/JIBI/SOLOPOS)


Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Wonogiri, Guruh Santoso dan jajaran Muspika Selogiri menerima keluhan para petani mengenai kesulitan membeli solar subsidi di kantor kecamatan tersebut, Senin (1/4/2013). (Tika Sekar Arum/JIBI/SOLOPOS)

WONOGIRI–Petani di Kecamatan Selogiri mengaku kesulitan membeli solar subsidi. Mereka hanya mendapat 5 liter solar padahal sudah berjam-jam antre membeli.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Selain itu, ada satu SPBU yang tegas tidak mau melayani pembelian solar subsidi dengan jeriken oleh petani.

Pengurus Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Kecamatan Selogiri, Mulyadi, mengatakan sejumlah petani menyampaikan kesulitan mendapatkan solar. Meski sudah mengantongi rekomendasi dari dinas terkait, petani hanya mendapat 5 liter solar subsidi.

Bahkan ada yang mengaku tidak diberi solar sama sekali. Menurutnya, kondisi tersebut bisa berakibat fatal jika terus berlanjut. Pasalnya, saat ini sedikitnya 2.000 hektare lahan pertanian di kecamatan tersebut baru bersiap memulai masa tanam (MT) kedua.

“Sekarang sebagian besar pekerjaan petani macet, tidak bisa mulai tanam karena solar untuk menjalankan traktor dan pompa tidak ada. Kalau awal MT II mundur bisa jadi nanti MT ketiga tidak ada yang bisa tanam padi,” tegas Mulyadi, saat ditemui Solopos.com, di sela-sela pertemuan kelompok tani di Kantor Kecamatan Selogiri, Senin (1/4/2013).

Tak Bisa Tanam

Mulyadi menambahkan jika hal yang ditakutkan itu sampai terjadi, maka 500 hektare tanaman padi yang biasanya ada pada MT ketiga tahun ini, besar kemungkinan tidak bisa tanam. Sebab, sesuai aturan, Bendung Colo yang menjadi sumber utama air irigasi dikeringkan setiap bulan Oktober. Sehingga untuk mengejar waktu tersebut, petani semestinya sudah menanam padi MT kedua maksimal awal April dan MT ketiga maksimal 20 Juli.

Jika hal tersebut terjadi, Mulyani menegaskan produksi padi pada akhir tahun 2013 dan awal 2014 terancam berkurang. Camat Selogiri, Bambang Haryanto, menyatakan secara lebih ekstrem, kondisi tersebut bisa mengancam ketahanan pangan.Dia menjelaskan petani membutuhkan solar untuk paling tidak empat alat, yakni mesin perontok padi, traktor untuk mengolah tanah, pompa demi menjamin ketersediaan air dan rice mill.

Untuk traktor, petani biasanya membutuhkan 50 liter untuk membajak tanah seluas 1 hektare selama tiga hari. Kebutuhan paling besar digunakan untuk pompa air. “Di Selogiri irigasinya banyak yang tidak memakai sistem gravitasi, sehingga tetap dibutuhkan pompa. Pompanya saja tiga kali, jadi total kebutuhannya bisa sampai 200 liter. Kalau kondisinya begini terus bisa mengancam ketahanan pangan,” imbuh Bambang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya