Solopos.com, KLATEN -- Tim gabungan dari Balai Arkeologi Jogja dan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jateng bakal meneliti struktur bangunan terowongan di bekas Pabrik Gula (PG) Tjokro Toeloeng Klaten.
Penelitian dibutuhkan guna mengetahui kekokohan struktur bangunan sebelum dapat dimanfaatkan untuk kepentingan wisata.
Berdasarkan pantauan di lapangan, perwakilan Balai Arkeologi Jogja, BPCB Jateng, Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga (Disparbudpora) Klaten, Pemerintah Desa (Pemdes) Daleman Kecamatan Tulung, dan warga di Dukuh Cokro Kembang duduk bersama membahas pengembangan terowongan di bekas PG Tjokro Toeloeng alias terowongan De Suiker Fabriek Tjokro Toeloeng.
Terowongan diperkirakan dibangun sekitar tahun 1840.
Terowongan diperkirakan dibangun sekitar tahun 1840.
Dilihat dari usianya, terowongan berpotensi besar dapat digolongkan sebagai benda cagar budaya. Salah satu perlakuan cagar budaya, yakni mencakup perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan.
“Bangunan ini sangat penting dari kacamata arkeologi. Terowongan ini tidak sebagai bangunan tunggal. Di sana ada terowongan, ada sungai, tentu ada jaringan yang lebih luas. Ini menjadi mata rantai cagar budaya di abad XIX. Cagar budaya ini titipan bagi anak cucu ke depan,” kata Kepala Balai Arkeologi Jogja, Sugeng Riyanto, saat ditemui wartawan di Kantor Desa Daleman, Tulung, Jumat (31/1/2020).
Hal itu ditunjang dengan kesuburan tanah dan morfologi lingkungan di Tanah Air.
“Nanti akan ada tim besar. Satu untuk survei sungai. Di zaman dahulu jika ada bangunan pasti ada alasannya. Kedua, yakni pabrik gula itu sendiri. Kami akan kerja sama dengan BPCB Jateng,” katanya.
Hal senada dijelaskan Kepala Unit Candi Sewu BPCB Jateng, Deny Wahyu Hidayat. Keberadaan terowongan di Cokro menurutnya harus dipelihara dan dilindungi.
“Saat ini masih dinyatakan rawan. Ini masih dalam pengkajian. Kami akan mendampingi, terutama agar bangunan tidak rusak. Jangan lagi bikin lubang. Kalau nanti rusak, gelo [kecewa] semua. Sing rugi juga masyarakat,” katanya.
Sekretaris Disparbudpora Klaten, Sri Nugroho, mengatakan terowongan yang dibuka masyarakat Cokro Kembang belum layak dimasuki. Sehingga perlu ada kajian terkait kelayakan dan kekokohan bangunan dari pihak berwenang.
“Di sini, kami hanya mengoordinasi. Kami terima kasih dengan warga. Tapi untuk pembersihan di dalam terowongan dihentikan terlebih dahulu hingga betul-betul dinyatakan layak atau aman,”katanya.