SOLOPOS.COM - Live Streaming RSUD Dr. Moewardi Solo. (Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Setiap anak memiliki kelebihan. Namun, bila kelebihan itu berada di luar kewajaran banyak orang lainnya seperti bisa merasakan situasi ataupun kondisi yang orang lain tidak bisa rasakan, apakah itu suatu kelebihan (gifted) atau justru membutuhkan pertolongan?

Pertanyaan itu diucapkan oleh Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa RSUD Dr. Moewardi, dr. Siti Wahyuni, Sp.KJ, yang bertindak sebagai pembawa acara (host) di acara Kumpulan Obrolan Psikiatri Bermanfaat dan Inspiratif bersama RSUD Dr. Moewardi (KOPI MANIS MOE), Rabu (27/3/2024).

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Adapun yang bertindak sebagai narasumber dalam acara itu ialah Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Konsultan Anak Remaja, Dr. Gst. Ayu Maharatih, dr. Sp. K.J, Subsp. A. R (K)., M. Kes.

Ayu menyampaikan bahwa pemilihan tema obrolan “Apakah Anakku Seorang Indigo?” guna memperingati Hari Epilepsi Sedunia yang jatuh tiap 26 Maret.

Dalam konteks kedokteran, menurut Ayu, untuk mengetahui apakah anak itu seorang indigo atau justru memiliki memiliki gangguan pada bagian otaknya dibutuhkan pemeriksaan terlebih dahulu.

“Karena bisa jadi ada diagnosis berbeda. Tapi kalau dalam konteks paranormal memang ada anggapan seorang anak memiliki kemampuan lebih, begitu,” kata Ayu saat menjadi narasumber di acara KOPI MANIS MOE, Rabu (27/3/2024).

Indigo adalah sebutan yang kerap digunakan untuk seseorang yang memiliki kemampuan paranormal, seperti mampu membaca pikiran orang lain, mampu melihat dan merasakan makhluk gaib, ataupun mampu memprediksi masa depan.

Namun dalam dunia kedokteran, menurut Ayu, seorang dengan tanda-tanda indigo itu bisa jadi memiliki gangguan yang disebut sebagai Epilepsi.

Ayu bercerita pengalamannya bahwa pernah suatu waktu seorang ibu bercerita perihal anaknya yang memiliki ciri-ciri indigo. Namun, di saat yang bersamaan anak itu juga mengalami perubahan sifat seperti menjadi gampang marah, terkadang memukul, serta prestasinya terus menurun.

“Saat kami periksa ternyata anak itu mengalami gangguan yang kami sebut sebagai epilepsi, ada gelombang listrik di dalam otaknya yang terganggu,” kata dia.

Ia menjelaskan bahwa penyakit epilepsi tidak selalu memiliki gejala kejang-kejang, mulut berbusa, ataupun tidak sadar, yang sering disebut sebagai ayan. Namun ada gangguan epilepsi yang hanya menyerang bagian tertentu dalam otak atau epilepsi terlokalisasi.

Tergantung bagian otak yang mana yang terserang epilepsi, lanjut dia, jika yang mengalami gangguan adalah bagian otak yang berfungsi membantu penglihatan, maka orang itu akan merasa bisa melihat sesuatu yang dianggap gaib.

Jika yang mengalami gangguan adalah bagian otak yang berfungsi membantu pendengaran, maka orang itu akan merasa bisa mendengarkan suara yang dianggap gaib, kemudian berusaha merespon dengan komat-kamit.

“Yang paling sering gangguan penglihatan, biasanya beranggapan bisa melihat hal menakutkan, seperti kepala tanpa tubuh, pocong, dan sebagainya. Pun dengan pendengaran,” kata dia.

Ayu menjelaskan pengalaman bisa melihat ataupun mendengar hal yang dianggap gaib itu biasanya hanya sekelebat, tidak lama. Dan diikuti dengan rasa pusing setelahnya.

Jadi, ketika ada tanda ataupun gejala seperti bisa melihat ataupun mendengar hal-hal yang dianggap aneh, Ayu menyarankan untuk segera berkonsultasi kepada dokter psikiatri.

“Deteksi dini perlu dilakukan untuk mencegah penyebaran kerusakan bagian otak untuk mencegah terjadinya general epilepsi atau yang sering disebut sebagai ayan,” kata dia.

Lebih jauh, Ayu juga menjelaskan gangguan epilepsi terlokalisasi itu biasanya diikuti oleh gangguan lainnya secara bersamaan atau komorbiditas. Ia memberi contoh seperti menurunnya kecerdasan, terganggunya komunikasi sosial karena orang yang mengidap merasa ketakutan, kurang percaya diri, dan sebagainya, serta rasa nyeri pada perut yang tidak berkesudahan.

“Bahkan penelitian terbaru menyatakan epilepsi yang terjadi di bagian tertentu pada otak ini juga menyebabkan seseorang mengalami gangguan makan, aneroxia nervosa,” kata dia.

Saat ditanya bagaimana membedakan seorang anak yang betul melihat makhluk gaib dengan yang hanya imajinasi akibat gangguan epilepsi terlokalisasi itu, Ayu menjawab bahwa ada fase di mana anak itu memiliki masa fantasi sehingga membuatnya wajar ketika merasa melihat atau mendengar hal yang dianggap gaib. Namun ketika sudah melewati fase itu dan terus merasakan gejala yang sama, ia mengimbau agar berkonsultasi dengan dokter psikiatri.

“Pada fase anak usia maksimal 7 tahun itu biasa anak berfantasi, menganggap dirinya superhero, namun kalau sudah di atas usia itu, disarankan untuk dibawa ke dokter,” kata dia.

Dalam dunia kedokteran juga memperhatikan aspek budaya. Jika seseorang dianggap sebagai indigo dan tidak diikuti oleh gejala lainnya sekaligus hal itu diamini oleh masyarakat sekitarnya, menurut Ayu, tidak menjadi sebuah masalah.

Namun, ketika seorang dianggap indigo sekaligus memiliki gejala seperti gangguan kecerdasan, gangguan sosial, rasa nyeri pada perut, gangguan makan, dan gangguan tidur, ia menyarankan untuk berkonsultasi ke dokter.

“Bahkan ada [penelitian] yang menyebutkan bahwa gangguan epilepsi terlokalisasi dengan komorbiditas tertentu membuat orang yang mengidap memiliki kecenderungan 15 kali lipat lebih besar untuk bunuh diri,” kata dia.



Untuk menyembuhkan penyakit epilepsi terlokalisasi itu membutuhkan waktu sekitar tiga tahun dengan memberikan obat antiepilepsi dan obat untuk komorbiditas yang menyertainya.

“Untuk terapi membutuhkan tiga tahun dengan obat antiepilepsi agar bebas dari keluhan, di samping ada obat lain yang juga diberikan,” kata dia.

Ia menambahkan bahwa penyakit epilepsi terlokalisasi ini bisa menyerang siapa saja, tidak terbatas jenis kelamin ataupun usia. Oleh karena itu, saat ini mendatangi dokter psikiatri bukan lah hal yang tabu.

Selain itu, di penutup acara Ayu juga menyampaikan bahwa pengobatan penyakit itu juga bisa dilakukan menggunakan BPJS di RSUD Dr. Moewardi.

“Tentu dengan mengikuti prosedur berjenjang yang telah ditentukan,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya