SOLOPOS.COM - Harsini, 47, warga Dukuh Badran, Serenan, Kecamatan Juwiring, Klaten berdiri di dekat retakan sekitar tanggul Serenan, bantaran Sungai Bengawan Solo, Selasa (28/10/2014). Retakan tersebut rawan menyebabkan longsor saat musim penghujan. (Chrisna Chanis Cara/JIBI/Solopos)

Solopos.com, KLATEN – Warga Dusun Badran, Desa Serenan, Kecamatan Juwiring, Klaten, dibikin waswas dengan retakan tanggul di bantaran Sungai Bengawan Solo wilayah Serenan yang makin meluas.

Retakan tersebut dikhawatirkan mengancam permukiman warga saat musim penghujan.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Pantauan , Selasa (28/10/2014), sejumlah rekahan mulai tersebar di tanggul sekitar rumah warga.

Retakan yang hanya berjarak beberapa meter dari permukiman warga ini memiliki kedalaman sekitar 50 sentimeter. Informasi penduduk sekitar, retakan tersebut terjadi sejak dua hari terakhir.

“Pekan kemarin kelihatannya belum ada. Kalau tidak salah habis angin kencang jadi seperti ini [tanggul retak],” ujar Harsini, 47, warga Badran, saat ditemui di rumahnya.

Dia mengaku waswas dengan adanya retakan tersebut. Ia dan enam kepala keluarga (KK) lain yang berada di sekitar tanggul Serenan khawatir rumahnya bakal tergerus saat musim penghujan.

Kekhawatiran itu beralasan mengingat hampir setiap tahun tanggul longsor terkena limpasan air hujan.

“Dulu di belakang rumah saya itu masih bisa untuk jalan setapak, sekarang sudah ambrol. Yang ambles sekitar 20 meter lebih,” tuturnya.

Kekhawatiran serupa disampaikan warga Badran yang lain, Hariyatno, 38. Menurutnya kondisi tanggul di Serenan sudah sangat kritis dan mendesak direvitalisasi.

“Kami sudah mengajukan bantuan perbaikan tanggul pada BBWSBS [Balai Besar Sungai Bengawan Solo] sejak tahun 2009. Namun paling pol hanya disurvei-survei, tidak ada realisasi perbaikan,” keluhnya.

Kepala pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Klaten, Sri Winoto, mengatakan kerusakan tanggul Serenan hanya bisa diperbaiki secara permanen.

Pihaknya tidak menyarankan perbaikan dengan pembuatan bronjong maupun tumpukan karung goni.

“Limpasan air di wilayah sana cukup besar sehingga tidak dapat ditangani dengan bronjong. Namun pembenahan permanen memang perlu dana besar,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya