SOLOPOS.COM - Perangkat Desa Dari, Yuris, menunjukkan lokasi yang terdampak erosi Sungai Bengawan Solo, Senin (23/2/2015). (Abdul Jalil/JIBI/Solopos)

Bencana alam Sragen mengancam. Sebanyak 300 rumah warga di Plupuh terancam erosi.

Solopos.com, SRAGEN — Sedikitnya 300 rumah dan puluhan hektare areal perkebunan di Desa Dari, Kecamatan Plupuh, Sragen terancam erosi Sungai Bengawan Solo. Selain itu, kompleks permakaman umum desa setempat juga terancam erosi.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Bahkan, saat ini sudah ada empat kijing di permakaman itu yang terkena erosi dan hanyut dibawa arus Sungai Bengawan. Pantaun Solopos.com, rumah warga berada tak jauh dari bibir Sungai Bengawan Solo. Sedangkan tebing sungai semakin menyempit akibat erosi.

Kadus III Desa Dari, Suyadi, mengatakan tebing yang ada di Sungai Bengawan Solo lambat laun akan terkikis karena erosi yang terjadi secara terus menurus terutama saat volume air sungai itu meninggi dan menggerus tebing sungai.

Menurutnya, selama ini warga yang tinggal tak jauh dari tebing sungai merasa ketakutan. “Warga jelas takut, jika sewaktu-waktu rumahnya juga ikut terbawa erosi. Tetapi, mau bagaimana lagi warga hanya memiliki rumah di situ,” katanya saat ditemui Solopos.com di rumahnya, Senin (23/2/2015).

Perangkat Desa Dari, Yuris, menambahkan wilayah Desa Dari yang berada di bantaran Sungai Bengawan Solo sepanjang empat kilometer. Sebagian besar lahan itu digunakan untuk tempat tinggal.

Saat hujan, lanjut dia, permukiman di wilayah tersebut juga tergenang air yang merupakan luapan Sungai Bengawan Solo. Ketinggian air biasanya mencapai 50 sentimeter.

“Saat air sungai meluap, tidak pernah masuk ke rumah warga. Ini karena warga di bantaran sungai sudah mengantisipasinya dengan meninggikan bangunan rumah mereka,” jelasnya saat berbincang dengan Solopos.com di bantaran Sungai Bengawan Solo, Senin (23/2/2015).

Dia juga menyampaikan selama ini pemerintah desa sudah mengusulkan pembangunan talut untuk mengantisipasi terjadinya erosi. Tetapi, usulan itu belum terealisasi.

“Kami hanya berharap Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS) segera membangun talut di desa kami, supaya warga merasa lebih aman,” ujarnya.

Menurutnya, pembangunan talut sepanjang empat kilometer diperlukan anggaran yang banyak, sehingga pemerintah desa tidak sanggup membangunnya sendiri.

Warga Dukuh Lengki, Desa Dari, Sutini, 53, merasa ngeri saat melihat tebing sungai bengawan erosi. Sejauh ini memang lahan pekarangan maupun rumahnya belum terkena erosi. Tetapi, jika tebing tidak segera dibangun talut, bisa saja rumahnya akan terkena erosi.

“Saya hanya minta segera dibangun talut di tebing sungai, biar gak longsor. Kami takut, jika sewaktu-waktu longsor terjadi saat kami terlelap tidur,” katanya saat berbincang dengan Solopos.com terkait ancaman bencana alam longsor.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya