SOLOPOS.COM - Tim BPBD Boyolali menyurvei kondisi bendunga Sipendok di Lereng Gunung Merbabu. (JIBI/Solopos/Istimewa/BPBD Boyolali)

Bencana Boyolali, BPBD Boyolali menyatakan bendungan Sipendok di lereng Merbabu kritis.

Solopos.com, BOYOLALI–Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Boyolali menyatakan status bendungan alami Sipendok yang berada di lereng Gunung Merbabu kritis.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Bendungan yang terbentuk dari timbunan material longsor dan membendung aliran Sungai Sipendok rawan jebol dan mengancam setidaknya 1.200 warga di sejumlah dusun di Desa Candisari, Kecamatan Ampel.

“Tebing yang membendung aliran Sungai Sipendok itu sudah bergeser ke bawah paling tidak 10 meter dari posisi terakhir pada 12 Desember 2015,” kata Kasi Kedaruratan BPBD Boyolali, Kurniawan Fajar Prasetyo, saat ditemui wartawan di Pusdalops BPBD Boyolali, Senin (11/1/2015).

Status ini ditetapkan setelah tim dari BPBD Boyolali dan sejumlah sukarelawan dari masyarakat di sekitar Sipendok melakukan survei ulang akhir pekan lalu. Longsoran material ini sudah terpantau saat kemarau tepatnya saat kebakaran melanda Gunung Merbabu.

Dari survei terakhir, longsoran material makin besar memasuki musim penghujan. Ketinggian tebing yang longsor dan membendung Sipendok mencapai 150-an meter pada kemiringan tebing sekitar 45 derajat. Material telah menimbun sungai dengan ketebalan material mencapai 50-an meter. Panjang sungai yang tertimbun longsor mencapai 100-an meter. Oleh karena itu, diperkirakan volume material yang ada di Sipendok itu mencapai jutaan kubik. “Untuk membangun jalan Solo-Semarang sudah lebih dari cukup.”

Sifat tanah dan material batuan yang membendung sungai sangat labil sehingga jika hujan deras mengguyur kawasan tersebut dikhawatirkan jebol dan longsor.

Sipendok berada di ketinggian 2.100 mdpl. Desa Ngagrong menjadi wilayah paling dekat dengan Sipendok tetapi dua dusun di Desa Candisari yang dimungkinkan terdampak langsung jika Sipendok jebol.

“Dua dusun yang diperkirakan terdampak langsung jika Sipendok jebol  adalah Srawung pada ketinggian 900 mdpl dan Dusun Candisari pada ketinggian 700 mdpl.”

BPBD mewaspadai potensi bencana dari Sipendok. Bencana berupa longsoran batu hingga ke wilayah Sruwen Semarang pernah terjadi pada 1987.  Saat itu, banjir bandang terjadi disertai material bebatuan.

Kurniawan meminta masyarakat di bawah bendungan waspada. “Warga sekitar kami minta untuk mengoptimalkan fungsi early warning system [EWS] manual dengan melibatkan sukarelawan setempat,” kata Kurniawan.

Dia juga meminta kelompok sukarelawan dari desa setempat rutin memantau lokasi apalagi saat intensitas hujan tinggi.

Kepala BPBD Boyolali, Nur Khamdani, menjelaskan BPBD telah berkoordonasi dengan dinas teknis dan pimpinan wilayah yang menguasai Sipendok. Aliran Sungai Sipendok masuk wilayah pengelolaan Balai Besar Wilayah Sungai Serang.

“Kami juga sudah mengimbau camat dan kepala desa setempat yang masuk wilayah rawan untuk terus waspada dan memaksimalkan peringatan dini,” kata Nur Khamdani.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya