SOLOPOS.COM - Tanah longsor terjadi di jalan raya Boyolali-Semarang km. 5 tepatnya di depan Masjid NU Centre Boyolali, Sabtu (31/1/2015). (Muhammad Irsyam Faiz/JIBI/Solopos)

Bencana Boyolali berupa longsor kembali terjadi. Longsor susulan terjadi di jalur Solo Selo Borobudur (SSB).

Solopos.com, BOYOLALI – Perbaikan bencana longsor yang terjadi di jalur Solo-Selo-Borobudur (SSB) tepatnya di Desa Samiran Kecamatan Selo, ditunda sampai waktu yang belum ditentukan. Kepala Seksi (Kasi) Jembatan Balai Pelaksana Teknis Bina Marga (BPTBM) Wilayah Surakarta, Ukit Waskito Indrajaya, mengatakan penundaan tersebut karena cuaca masih ekstrem.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Ukit menuturkan pada Jumat (30/1/2015) sore dan Sabtu (31/1) malam, di lokasi tersebut juga terjadi longsor susulan, maka dari itu bina marga memutuskan untuk menunda.

“Belum [dimulai perbaikan], karena cuacanya masih ekstrem. Ditambah ada longsor susulan,” kata Ukit saat dihubungi Solopos.com, Rabu (4/2/2015).

Menurut dia, para pekerja belum ada yang sanggup untuk memperbaiki tebing yang longsor setinggi 35 meter (m) tersebut. “Belum ada yang berani, kami juga mengantisipasi risiko kecelakaan. Mungkin kalau kemarin kami nekat memperbaiki, para pekerja bisa kena longsor susulan,” ucap dia.

Lebih lanjut Ukit menjelaskan kondisi cuaca yang ekstrem bisa mengancam jalur tersebut terputus. Hal itu karena limpasan air bisa mengakibatkan terjadinya longsor susulan secara terus menerus.

Untuk mengantisipasi hal itu, Bina Marga sudah menyiapkan eksavator di lokasi longsor. Eksavator tersebut digunakan untuk melebarkan jalan dengan cara mengeruk tebing yang berada di sebelah utara.

“Kami sudah koordinasikan dengan pihak-pihak terkait termasuk warga setempat, nanti untuk melebarkan jalan itu kami meminjam tanah warga,” tutur dia.

Sebelumnya, Bina Marga Jawa Tengah merencanakan perbaikan longsor di Jalur yang menghubungkan Boyolali – Magelang tersebut pada Senin (2/2/2015) lalu.

Perbaikan tebing tersebut rencananya menggunakan Beronjong yakni semacam anyaman kawat berisi bebatuan untuk menahan tanah agar tidak longsor.

Ukit menambahkan saat ini kondisi tebing yang longsor sudah semakin parah. Kemiringan tebing sudah mencapai 75 derajat. “Idealnya kalau pemasangan beronjong itu untuk tebing yang kemiringannya 45 derajat atau maksimal 60 derajat, kalau kondisi sekarang sudah hampir tegak,” jelas dia.

Oleh karena itu pihaknya berencana mengkombinasikan beronjong dengan geogrid yakni semacam pembungkus, yang berisi tanah untuk pasir yang ditumpuk untuk menahan tanah agar tidak longsor.

Sementara itu, Pengawas Jalur SSB dari Bina Marga Jateng, Sumarwan, menambahkan sejak terjadi longsor pada Minggu (25/1) lalu, panjang bahu jalan yang terkena longsor dari 25 m bertambah 5 m menjadi 30 m.

“Apabila hujan deras lebih dari satu jam kemungkinan bisa terjadi longsor lagi, namun sampai saat ini kondisi masih aman, walaupun jalurnya harus bergantian,” kata dia kepada Solopos.com, Rabu (4/2).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya