Soloraya
Kamis, 25 Februari 2016 - 17:36 WIB

BENCANA KARANGANYAR : Karangpandan Longsor

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Rumah bagian belakang milik Citro Wiyono, 56, warga Dusun Banjarbuntung, RT 002/RW 004, Desa Gerdu, Karangpandan tertimpa tanah longsor pada Rabu (24/2/2016) malam. (Sri Sumi Handayani/JIBI/Solopos)

Bencana Karanganyar, longsor terjadi di Desa Gerdu, Karangpandan.

Solopos.com, KARANGANYAR— Hujan deras di Karanganyar pada Rabu (24/2/2016) membuat satu rumah rusak dan satu rumah terisolasi dari lingkungan sekitar di Desa Gerdu, Karangpandan.

Advertisement

Tidak ada korban jiwa akibat kejadian itu, tetapi kerugian material ditaksir Rp100 juta. Informasi yang dihimpun Solopos.com, hujan lebat pada Rabu menyebabkan bukit tinggi 8 meter dan lebar 7 meter di Dusun Banjarbuntung RT 002/RW 004, Desa Gerdu, longsor.

Tanah longsor menerjang bagian belakang rumah Citro Wiyono, 56. Akibatnya atap dapur dan kamar mandi rusak. Hujan deras juga membuat arus sungai di Dusun Banjar RT 003/RW 004, Desa Gerdu deras.

Akibatnya arus air menggerus pondasi jembatan yang menghubungkan rumah Pawiro Sadi, 70, dengan lingkungan sekitar. Pawiro harus memutar jalan sejauh tiga kilometer untuk beraktivitas.

Advertisement

Tanah longsor juga terjadi di Dusun Bulurejo, Desa Karangpandan. Tanah longsor menutup akses jalan. Camat Karangpandan, Aji Pratama Heru Kristianto, menuturkan keluarga Citro diungsikan ke rumah kerabat yang lebih tinggi.

Selain itu, sejumlah warga dibantu sukarelawan bekerja bakti membersihkan bekas tanah longsor.

“Dusun Banjarbuntung termasuk rawan longsor karena dikelilingi perbukitan. Warga waspada jika hujan turun lama. Warga lain di wilayah rawan longsor sudah mendapat pemahaman itu. Jika hujan agak lama diminta keluar rumah ke tempat aman,” kata Heru, sapaan Aji Pratama Heru Kristianto, saat ditemui wartawan di kantor Kecamatan Karangpandan, Kamis (25/2).

Advertisement

Heru juga menyampaikan dirinya mewaspadai kondisi di Dusun Banjar. Heru melihat tanah retak cukup banyak. Mereka berencana menutup retakan agar tidak menyebabkan bencana alam susulan. “Supaya enggak kemasukan air dan longsor. Itu bentuk longsornya tapal kuda,” ujar dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif