SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, BOYOLALI–Musim kemarau yang berimbas kekurangan air di sejumlah wilayah, masih dirasakan warga di Boyolali, termasuk kalangan petani. Sebagian dari mereka pun terus melakukan upaya swadaya demi bisa mendapatkan pasokan air. Kondisi itu diperparah dengan semakin tingginya ongkos produksi.

Sejumlah petani di sekitar Waduk Bade, Desa Bade, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali, mulai memanfaatkan air waduk tersebut untuk mengairi lahan pertaniannya dengan menggunakan mesin pompa disel. Jika biasanya mesin disel menggunakan bahan bakar minyak (BBM) berupa solar, kali ini mereka menggunakan bahan bakar berupa gas elpiji ukuran 3 kilogram (kg).

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Penggunaan gas elpiji 3 kg untuk mengoperasikan mesin disel untuk memompa air waduk tersebut diakui para petani lebih irit dibandingkan dengan solar atau bensin. Terlebih karena harga kedua jenis BBM tersebut saat ini sudah tinggi bagi mereka.

“Saya tahunya ya dari petani lainnya yang pakai gas elpiji. Ternyata lebih irit,” tutur salah seorang petani desa tersebut, Misrin, saat ditemui wartawan di sekitar Waduk Bade, Selasa (17/9/2013).

Misrin mengaku tidak mengetahui siapa yang kali pertama memanfaatkan gas elpiji untuk bahan bakar meskin disel tersebut. Namun dirinya mengatakan saat ini sudah banyak petani yang ikut mencoba cara itu.

Misrin membandingkan untuk menyedot air dengan mesin disel mulai pukul 05.00-17.00 WIB, setidaknya dibutuhkan 20 liter bensin dengan mesin diesel ukuran 5,5 pk. Namun jika menggunakan gas elpiji 3 kg, pada kisaran waktu yang sama hanya dibutuhkan 3 tabung gas. Ongkos operasional pun menjadi lebih irit. Sebab jika rata-rata digunakan tiga tabung gas elpiji ukuran 3 kg, petani hanya mengeluarkan biaya sekitar Rp45.000 untuk menyedot air dalam sehari. Sementara kapasitas BBM mesin disel rata-rata mencapai 20 liter.

“Sehingga kalau pakai bensin, hitungannya ya Rp6.500 dikalikan 20 liter, jadi total biaya untuk menghidupkan mesin Rp130.000. Selisihnya jauh,” ungkapnya.

Misrin menjelaskan untuk bisa menggunakan gas elpiji pada mesin disel, petani hanya menggunakan satu selang kecil yang dihubungkan dari lubangan  tabung gas elpiji dengan kotak generator penggerak letupan mesin diesel.

Petani lainnya, Wahyuni, 50, mengaku sangat terbantu dengan cara tersebut.

“Biaya operasional jadi lebih murah,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya