SOLOPOS.COM - ilustrasi (JIBI/dok)

Solopos.com, SRAGEN–Wilayah Dukuh Pucuk dan Dukuh Sarirejo, Desa Sepat, Kecamatan Masaran yang dihuni sekitar 900 warga di musim kemarau panjang ini mulai kekurangan air bersih. Tiap warga dijatah satu ember kecil untuk mencukupi kebutuhan Mandi Cuci Kakus (MCK) perharinya.

Sejumlah warga Dusun Pucuk kepada , Kamis (29/8/2013) mengatakan Dukuh Pucuk dan Sarirejo sudah menjadi langganan mengalami kekeringan di musim kemarau panjang. Saat memasuki musim ketiga seperti saat ini, warga kesulitan mendapatkan air lantaran sumur-sumur sudah mulai kehabisan air.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Salah seorang warga Dukuh Pucuk, Dwi Yulianto, mengatakan warga harus mencari air di sumur-sumur milik warga lainnya yang masih terdapat air untuk kebutuhan sehari-harinya. Untuk itu, tiap anggota keluarga dijatah satu ember kecil yang seukuran dengan ember untuk menimba air di sumur lantaran untuk menghemat air.

“Sudah sejak dulu Pucuk dan Sarirejo ini kurang air, berbeda dengan dukuh lainnya yang ada i Desa Sepat ini. Dua tahun lalu pernah ada bantuan berupa pasokan air bersih. Air itu ditampung di bak berukuran besar yang ditempatkan di jalan desa, warga antre sambil bawa jeriken. Tapi ya cuma sekali itu aja, setelah itu sampe sekarang tidak ada bantuan air lagi,” jelasnya.

Aliran air dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) sudah masuk di Desa Sepat. Sebagian besar dukuh di desa tersebut sudah mendapat aliran PDAM serta bantuan saluran air dari PT Tiga Pilar. Tetapi saluran tersebut tidak menjangkau Dukuh Pucuk dan Sarirejo.

Yulianto menjelaskan jika sumur sedalam 35 meter yang airnya biasa diambil warga setempat mulai mengering. Selain itu, kualitas air sumur tersebut sebenarnya tidak bisa dikonsumsi untuk air minum dan memasak karena air tersebut mengandung kapur. Namun warga tidak memperdulikannya.

“Waktu air dari sumur itu direbus, airnya akan berubah menjadi keruh, berwarna agak putih. Sebelum dimasukkan ke dalam termos, air itu didiamkan dulu sampai kapurnya mengendap ke dasar, setelah itu baru dimasukkan ke termos,” ujar Riyem, 65, warga Dusun Pucuk lainnya.

Menurutnya, banyak sumur warga yang airnya digunakan sendiri oleh pemiliknya, sehingga air tersebut tidak boleh ditimba warga yang membutuhkan lantaran persediaan air hanya cukup untuk untuk pemilik rumah saja.

Selain itu, banyak air yang sudah menggunakan mesin pompa air sehingga dengan menimba air akan menyebabkan kerusakan saluran pipa dan akan memperkeruh kondisi air sumur. “Airnya buat dia sendiri, warga enggak boleh nimba,” jelas Riyem.

Sekretaris Desa Sepat, Suparwi mengatakan dari data yang ada di desa, warga di Dusun Pucuk berjumlah 700 orang sendangkan untuk Dusun Sarirejo berjumlah sekitar 200 orang. Dia mengatakan jika daerah di Desa Sepat tidak ada yang mengalami kekeringan.
“Semua kami anggap secara keseluruhan atau massal dareah Sepat sudah bebas kekeringan, termasuk desa Pucuk dan Sarirejo,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya