SOLOPOS.COM - Rumah Mitro Diharjo, 70, warga Dukuh Santren, Desa Karangpakel, Kecamatan Trucuk, tersisa rangka bangunan setelah dibongkar karena nyaris roboh, Senin (5/12/2016). (Taufiq Sidik Prakoso/JIBI/Solopos)

Bencana Klaten, lima rumah di tepi Sungai Kalikuning, Klaten, sudah hampir roboh.

Solopos.com, KLATEN — Sekitar lima bangunan rumah di sepanjang tepi Sungai Kalikuning, Desa Karangpakel, Kecamatan Trucuk, Klaten, terancam roboh.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Dua dari lima bangunan itu bahkan terpaksa dibongkar lantaran tak lagi bisa dihuni. Selain mengancam tempat tinggal, derasnya aliran Sungai Kalikuning beberapa waktu terakhir juga mengakibatkan sayap jembatan ambrol.

Kondisi itu mengancam bangunan jembatan. Kepala Desa (Kades) Karangpakel, Sri Sugiyanto, mengatakan dua bangunan yang merupakan rumah serta dapur tersebut tak lagi bisa dihuni lantaran fondasinya ambles. Kedua bangunan itu milik Mitro Diharjo, 70, warga Dukuh Santren.

Pembongkaran dilakukan pada Minggu (4/12/2016) oleh warga dibantu sukarelawan serta TNI. Sugiyanto mengatakan derasnya aliran Sungai Kalikuning beberapa waktu terakhir mengikis sayap jembatan di dekat rumah Mitro.

Akibatnya, sayap jembatan ambrol hingga mengikis tanah di sekitarnya. “Sayap jembatan ambrol hingga menarik tanah didekatnya. Apalagi kondisi tanah labil sehingga mudah bergeser,” kata Sugiyanto saat ditemui di rumah Mitro, Senin (5/12/2016).

Terkait kerusakan jembatan tersebut, Sugiyanto berharap segera ada perbaikan. Jika tak kunjung diperbaiki dikhawatirkan akses Desa Karangpakel dengan Desa Ngemplak, Kecamatan Trucuk, terputus.

Selain mengancam dua bangunan milik Mitro, longsornya tanah di sekitar sungai juga mengancam tiga bangunan lainnya. Saat ini, jarak bibir sungai dengan bangunan yang mayoritas rumah sekitar 3 meter.

Sementara itu, Mitro mengatakan rumahnya ambles sejak 9 November. Meningkatnya debit air Sungai Kalikuning mengakibatkan sejumlah wilayah kebanjiran. Meski wilayahnya tak kebanjiran, derasnya aliran sungai mengikis tanah di sekitar jembatan hingga berimbas ke tanah yang menyangga rumahnya.

“Setelah pulang dari sawah, saya melihat rumah sudah ambles dan lantainya bengkah. Anak saya yang masih kerja langsung saya minta pulang karena rumah sudah menghawatirkan,” kata Mitro.

Lantaran rumah tak lagi bisa dihuni, ia bersama istrinya, Wagiyem, 60, menempati bangunan dapur. Namun, bangunan dapur juga rawan roboh lantaran berupa bangunan nonpermanen dan berada di tepi sungai.

Warga dibantu sukarelawan, TNI, serta Polri lalu membongkar rumah milik Mitro. Untuk sementara, ia tinggal di bangunan nonpermanen yang dibangun di samping rumah anaknya, Parno, 36, yang sebenarnya juga rawan roboh.

“Sementara tinggal di emplek-emplek yang saat ini sedang dibangun di samping rumah anak saya. Kalau sudah mendung itu tidak tenang. Takut kalau tanah kembali terkikis dan bangunan roboh,” kata Mitro.

Anak Mitro, Parno, mengatakan rumah yang ia tempati saat ini hanya berjarak sekitar 3 meter dari bibir sungai. Ia juga waswas jika sewaktu-waktu tanah terkikis derasnya aliran sungai.

Sementara itu, Bupati Klaten, Sri Hartini, mengatakan segera mengupayakan perbaikan bangunan rumah milik Mitro. Sedangkan jembatan akan diperbaiki dengan mengajukan anggaran di APBD 2018.

“Nanti diusulkan diperbaiki jembatan dengan membangun jembatan baru,” kata dia saat meninjau rumah Mitro.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya